bit.ly/facebookbayups bit.ly/blogspotbayups bit.ly/scholarbayups bit.ly/youtubebayups
Tuesday, November 26, 2013
LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN TEMATIK
A. Kajian Teori
Teori yang dikaji pada penelitian implementasi pembelajaran tematik pada Sekolah Dasar Negeri di Gugus III Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah pengertian pembelajaran, pembelajaran tematik, dan implementasi pembelajaran tematik. Teori yang dikaji dijelaskan berkaitan dengan penjelasan pembelajaran diperoleh manusia sampai dengan adanya implementasi dari pembelajaran yang berkaitan dengan tema. Penjelasan lebih lanjut mengenai implementasi pembelajaran tematik pada Sekolah Dasar Negeri di Gugus III Kecamatan Kalasan dibahas pada bagian pembahasan di BAB IV. Hal tersebut dilakukan karena hasil penelitian ini dibahas dengan referensi yang berhubungan dengan pembelajaran tematik.
1. Pengertian pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Schunk (2012: 2) berpendapat bahwa learning involves acquiring and modifying knowledge, skills, strategies, beliefs, attitudes, and behaviors. People learn cognitive, linguistic, motor, and social skills, and these can take many forms. Pembelajaran melibatkan pemerolehan dan pemodifikasian pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, strategi-strategi, kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap, dan perilaku. Setiap orang mempelajari ketrampilan-ketrampilan kognitif, linguistik, motorik, dan sosial serta hal-hal tersebut dapat mengambil berbagai bentuk pembelajaran.
Slavin (2006: 159) berpendapat, “Learning involves the acquisition of abilities that are not innate. Learning depends on experience, including feedback from the environment.” Pembelajaran meliputi upaya memperoleh kemampuan yang bukan merupakan bawaan sejak lahir. Pembelajaran bergantung pada pengalaman, termasuk umpan balik dari lingkungan. Pembelajaran dilakukan dengan usaha secara sadar dan terencana untuk memperoleh informasi, keterampilan, dan konsep tertentu yang akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, dan bukan bawaan lahir. Dalam bidang pendidikan, pembelajaran dapat diartikan seperti yang dikemukakan Svinicki (2009) yaitu:
“Learning is the interaction between what students know, the new information they encounter, and the activities they engage in as they learn. Students construct their own understanding through experience, interactions with content and others, and reflection.”
Pembelajaran tersebut dapat diartikan sebagai interaksi antara apa yang diketahui para siswa, keterangan baru yang dihadapi, dan aktivitas dimana mereka terlibat saat pembelajaran. Para siswa membangun pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman, interaksi dengan kandungan pembelajaran, dan refleksinya.
Mayer dalam Ambrose, et.al (2010: 3) menyatakan “...learning as a process that leads to change, which occurs as a result of experience and increases the potential for improved performance and future learning.” Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengarah pada perubahan, yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman dan meningkatkan potensi untuk meningkatkan kinerja dan pembelajaran pada masa depan. Pembelajaran merupakan suatu proses, bukan produk. Namun, karena proses ini terjadi di dalam pikiran, kita hanya dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi produk atau pertunjukan dari siswa. Pembelajaran yang dikutip dari Brooks, J. & Brooks, M. (2012). memiliki pengertian yaitu:
“Learning is an active process of creating meaning from different experiences. In other words, students will learn best by by trying to make sense of something on their own with the teacher as a guide to help them along the way.”
Pembelajaran tersebut dapat diartikan sebagai suatu proses aktif dari pengertian daya cipta yang berasal dari pengalaman-pengalaman yang berbeda. Dengan kata lain, para siswa akan belajar terbaik dengan mencoba melogika dari kemampuan mereka dengan bantuan guru sebagai pembimbing untuk membantu dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses adalah “proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menggariskan “pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran berupa sejumlah kemampuan bermakna dalam aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil belajar, atau setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Sejumlah kemampuan bermakna yang diperoleh peserta didik sebagai hasil belajar disebut juga perubahan tingkah laku baru, sebagai akibat adanya proses pembelajaran.
Pogue dan Kimo (2006) dalam jurnal yang di tulis oleh Ahmad S.N., Amzah Fadziah, & Rahimi C.A. (2009: 128) menyatakan pembelajaran yang berkualitas adalah hasil dari pada hubungan komunikasi antara guru dengan pelajar serta kredibilitas seorang guru. Hal ini menunjukkan pentingnya mencitakan komunikasi yang berimbang antara siswa dan guru serta siswa dengan siswa sehingga terbangun lingkungan pembelajaran yang efektif dan berhasil serta berguna. Menurut Killen (2009: 4-5), pembelajaran yang baik dan berkualitas yang dilakukan guru akan membuat siswa memiliki beberapa kemampuan, yaitu: menggunakan pengetahuannya untuk mengatasi beragam permasalahan yang dihadapinya; mengkomunikasikan pengetahuannya dengan orang lain; menghubungkan satu pengetahuan yang telah diperolehnya dengan pengetahuan lainnya yang baru; menemukan pengetahuan baru bagi diri mereka sendiri; dan memotivasi siswa untuk terus belajar sepanjang hidupnya.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang sistematik dan terarah yang dilakukan oleh guru kepada siswa untuk mencapai pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran memegang peranan penting dalam menghasilkan kualitas lulusan pendidikan. Terdapat banyak aspek yang turut mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu: 1) pengajar yang profesional, 2) penggunaan strategi/ pendekatan/ metode mengajar yang menarik dan bervariasi, 3) perilaku belajar siswa yang positif, 4) kondisi dan suasana belajar yang kondusif, 5) dan penggunaan media pembelajaran yang tepat untuk mendukung proses belajar itu sendiri.
2. Pembelajaran tematik
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan pada bagian struktur kurikulum SD/MI bahwa pembelajaran pada kelas I sampai kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV sampai kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehinggga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. (Depdiknas, 2006: 5). Dalam mempertimbangkan tema dibutuhkan guru yang selektif sebagaimana diutarakan White (1995: 161) sebagai berikut:
“Thematic instruction, on the other hand, allows for understanding through depth of coverage. It forces the teacher and student to identify fundamental ideas within a subject. This can only be done if teachers selectively and judiciously abandon less important content in favor of more important ideas.”
Pemahaman yang mendalam tentang pembelajaran tematik harus dikuasai seorang pendidik atau guru. Dari pemahaman itu didapatkan suatu proses mengajar dengan kemampuan guru untuk mengidentifikasi ide-ide fundamental untuk dituangkan dalam materi pembelajaran. Hal tersebut dilakukan guru dengan memilih dan meninggalkan dengan sengaja kandungan atau isi dalam pembelajaran yang dipikirkan kurang penting yang menunjang ide-ide untuk mengajarkan tema. Pemaduan materi pembelajaran atau pokok pembahasan untuk menemukan tema menurut Fogarty (1991: 185) yaitu:
“Webbed curricula commonly use the thematic approach to integrate subject matter. Broad themes such as change, cultures, discovery, enviroments, interaction, invention, power, systems, time, and work provide a greater opportunity for teachers of various disciplines to find common topic, concepts, and skills.”
Dalam model web biasanya menggunakan pendekatan tematik untuk memadukan pokok pembahasan atau materi pelajaran. Tema besar seperti perubahan, budaya, penemuan, lingkungan, interaksi, kekuatan, sistem, waktu dan pekerjaan menyediakan peluang besar bagi guru dari berbagai disiplin ilmu untuk menemukan topik, konsep dan ketrampilan yang diharapkan. Tema yang memiliki pengertian yang luas semisal tema lingkungan akan memudahkan guru menyampaikan pokok pembahasan. Dari tema lingkungan tersebut maka guru dapat membahasnya menjadi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan sebagainya. Dengan pembelajaran tematik, pendidik dapat menyampaikan tema dari berbagai materi mata pelajaran tanpa harus memalingkan konsentrasi peserta didik dalam situasi yang berbeda.
Pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik adalah pembelajaran terpadu model webbed. Pembelajaran tematik merupakan bagian dari pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai judul pembelajaran pada hari itu juga. Dalam pembahasannya, tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antar guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Kysilka (1998: 199) menjelaskan penggunaan tema dari berbagai mata pelajaran sebagai berikut.
“Disciplines use the themes to teach specific concept, topics, and ideas within the disciplines. For example, the teacher may select ethics as theme. Each teacher, then within his/her own discipline will address ethics as it is appropriate to the subject matter. This mean discussing plagiarism in English class as student prepare research paper, analyzing decisions made by politicians in a political science class, establishing rules of proper sportmanslike behavior in physical education class...”
Dalam penjelasan tersebut, tema dipilih sesuai konsep, topik, dan ide yang dimengerti dan dipahami oleh guru. Tema yang dipilih dibahasakan sesuai materi pelajaran atau pokok pembahasan. Guru dapat menggunakan tema yang sama dalam pokok pembahasan yang terdapat di berbagai mata pelajaran. Tema etika dapat digunakan dalam pelajaran olahraga, seni rupa, bahasa inggris, matematika, agama, dan lain-lain. Pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik, sehingga peserta didik akan merasa bahwa pelajaran di sekolah merupakan bagian dari kehidupannya sehari-hari.
Menurut Gaughan (2003: 18), “Thematic teaching is one means of helping students achievement such focus and, at the same time, find their way toward writing topics that typically do engage them.” Pembelajaran tematik adalah salah satu pembelajaran yang diartikan dapat membantu para pencapaian siswa seperti dalam memfokuskan sesuatu dan di saat yang sama mereka menemukan cara untuk menulis topik-topik yang biasanya melibatkan mereka untuk berperan serta. Pembelajaran tematik menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik ini, siswa akan memahami topik-topik yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan topik-topik lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri (Depdiknas, 2006: 6), yaitu:
a. Berpusat pada siswa.
b. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
e. Bersifat fleksibel.
f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Maksud dari berpusat pada siswa adalah bahwa proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas atau subyek belajar; sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Maksud dari memberikan pengalaman langsung kepada siswa adalah bahwa dengan pemberian pengalaman langsung maka siswa dihadapkan pada suatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang abstrak.
Maksud dari pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas adalah bahwa mengingat tema yang dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan lingkungan siswa. Maksud dari menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran adalah bahwa siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Maksud dari bersifat fleksibel adalah bahwa pembelajaran tematik bersifat fleksibel dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. Maksud dari menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan adalah mengadopsi prinsip belajar PAIKEM.
Prinsip belajar PAIKEM yaitu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Prinsip belajar tersebut bisa juga dikatakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. A student-centered learning approach promises to provide local students with new skills required by the labor market like independence, creativeness, activeness and cooperativeness (Thanh-Pham, 2010: 22). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa ini akan menghasilkan siswa yang memiliki ketrampilan- ketrampilan baru dimana siswa menjadi lebih mandiri, kreatif, aktif, dan kooperatif. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurut Jones (2007: 2) dapat dijelaskan sebagai berikut:
“A student-centered classroom isn’t a place where the students decide what they want to learn and what they want to do. It’s a place where teacher consider the needs of the students, as a group and as individuals, and encourage them to participate in the learning process all the time.”
Dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa ruang kelas dimana pendekatan berpusat pada siswa bukan tempat siswa untuk memutuskan kemauannya dalam belajar sekehendaknya. Guru sangat berperan dalam mempertimbangkan kebutuhan yang diperlukan para siswa untuk berpartisipasi sebagai individu atau berkelompok dalam pembelajaran.
Pembelajaran tematik bila diterapkan dengan baik akan menimbulkan kerjasama yang menguntungkan antara pendidik/ guru dengan peserta didik/ siswa. Keuntungan dari pembelajaran tematik untuk guru adalah sebagai berikut (Meinbach, Rothlein, & Fredericks, 1995: 5):
a. Tersedianya waktu yang memadai untuk mewujudkan tujuan pembelajaran.
b. Koneksi antara subyek, topik, dan tema dapat dikembangkan secara logis.
c. Pembelajaran dapat didemonstrasikan sebagai kegiatan yang berkelanjutan.
d. Guru dapat menugaskan para siswa dalam kemandirian mereka untuk belajar secara individu.
e. Guru secara bebas dapat menolong para siswa dalam situasi yang dihadapi sesuai petunjuk dari kurikulum.
Menurut Loughran, (2005: 113), “Thematic teaching is about students actively constructing their own knowledge.” Pembelajaran tematik adalah tentang para siswa yang membangun pengetahuan mereka sendiri secara aktif. Dengan adanya keaktifan tersebut maka siswa dapat mengambil keuntungan dari proses pembelajaran yang telah dialami. Keuntungan dari pembelajaran tematik untuk siswa adalah sebagai berikut (Meinbach, Rothlein, & Fredericks, 1995: 6):
a. Siswa dapat memfokuskan pada proses pembelajaran.
b. Siswa dapat mengembangkan hubungan antara ide dan konsep.
c. Siswa terdorong untuk mengambil resiko dalam berusaha.
d. Siswa dapat membangun pengetahuan yang baru dalam lingkungan yang dihadapi.
e. Siswa berpeluang menginvestigasi topik melalui pendekatan refleksi.
Secara umum, prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa prinsip yakni prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi (Trianto, 2011: 154-156). Prinsip-prinsip pembelajaran tematik itu secara rinci akan diuraikan seperti berikut:
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b. Tema harus bermakna dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis dan mewadahi sebagian besar minat anak.
c. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, ketersediaan sumber belajar dan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).
d. Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam pembelajaran.
e. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation) di samping bentuk evaluasi lainnya.
g. Guru harus mampu bereaksi terhadap aksi siswa dalam setiap peristiwa dan tidak mengarahkan aspek yang sempit, tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.
3. Implementasi pembelajaran tematik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Dalam Oxford Advance Learner Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak). Istilah implementasi meminjam dari perbendaharaan kata bahasa inggris yaitu implementation yang berarti pelaksanaan atau implementasi (Echols & Shadily, 2005: 313). Implementation is the carrying out, execution, or practice of a plan, a method, or any design for doing something (Rouse, 2007)). Implementasi adalah mengangkut, mengeksekusi, atau mempraktikkan sebuah rencana, metode, atau desain untuk melakukan sesuatu hal.
Implementasi adalah sebagai proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan (Fullan, 1993: 54). Oleh karena itu, implementasi dapat diartikan sebagai suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak seperti perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai, dan sikap.
Ahmad (2012: 118) menyatakan bahwa seorang pendidik dipandu perangkat perencanaan pembelajaran dalam proses implementasi pembelajaran. Pada fase implementasi ini diharapkan seorang pendidik atau guru sudah memiliki gambaran jelas mengenai komponen-komponen sistem pembelajaran. Pendidik atau guru mengimplementasikan pembelajaran dengan melibatkan peran dari perangkat pembelajaran dan fungsi dari komponen-komponen pembelajaran. Syarat proses pembelajaran menjadi berhasil yaitu perlu adanya analisis dari berbagai komponen yang membentuk sistem proses pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran meliputi tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, dan evaluasi pembelajaran. Implementasi pembelajaran memiliki komponen-komponen pembelajaran yang terdapat fungsi tertentu yang saling berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan dari berbagai variasi komponen-komponen pembelajaran yang dilakukan guru terhadap siswanya dengan baik akan mempermudah terjadinya refleksi dari implementasi pembelajaran.
Perangkat pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan perencanaan pembelajaran harus dipersiapkan lebih matang supaya mendapatkan kejelasan pada proses pembelajaran. Perangkat perencanaan pembelajaran disusun dengan terperinci untuk didesain sebagai rencana yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran. Salah satu kunci kesuksesan dari implementasi proses pembelajaran adalah penerapan perangkat perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru terhadap siswanya dengan jelas, mendalam, dan lengkap. Penerapan perangkat tersebut diharapkan dapat dipahami para siswa untuk direfleksikan dengan bermakna dan secara nyata dalam kehidupan keseharian mereka.
Implementasi pembelajaran tematik dilakukan terlebih dahulu dengan pemetaan tema untuk menentukan beberapa mata pelajaran yang akan disatukan menjadi satu tema. Pemetaan tema dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih (Trianto, 2011: 326). Tema yang dipilih hendaknya yang paling dekat dengan kehidupan (pengetahuan dan pengalaman) siswa. Contoh tema pembelajaran yaitu keluargaku, binatang kesayangan, liburan sekolah, desaku/kotaku, makanan kesukaan, dan diri sendiri.
Berkaitan dengan pembelajaran tematik maka menurut Liu & Wang (2010: 26), “The various stages of thematic learning are clearly and concretely reflected in the learners' real learning activities.” Langkah-langkah yang bervariasi dari pembelajaran tematik adalah refleksi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dialami para siswa secara nyata dan jelas.
Gambar 1 merupakan langkah-langkah model pembelajaran tematik menurut Liu & Wang. Dalam gambar tersebut, dijelaskan urutan langkah dalam menerapkan model pembelajaran berdasarkan tema. Langkah pertama yaitu menemukan tema. Langkah kedua yaitu menemukan kefokusan hal yang menarik berdasarkan tema. Langkah ketiga yaitu menemukan materi bahan pembelajaran berdasarkan kefokusan pada hal yang menarik. Langkah keempat yaitu mengintegrasikan bahan-bahan pembelajaran untuk menghasilkan pengetahuan yang akan dibagikan. Langkah kelima yaitu mempublikasikan dan membagikan pengintegrasian pengetahuan.
Refleksi pembelajaran tematik disebabkan dari perencanan yang dirancang. Refleksi indikator hasil pembelajaran tematik merupakan refleksi rincian tujuan khusus (kompetensi dasar) pembelajaran dan tujuan khusus pembelajaran merupakan rincian tujuan umum (standar kompetensi) pembelajaran. Antara tujuan umum, tujuan khusus, dan indikator hasil pembelajaran haruslah merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Perumusan kompetensi dasar harus didukung penguasaan materi yang akan diajarkan dan diterapkan. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar belum sepenuhnya direncanakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih terpisah masuk dalam masing-masing mata pelajaran yang ada. Hal ini menyulitkan guru dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Disamping itu, tidak semua kompetensi dasar dapat dipadukan. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mencapai kompetensi dasar secara optimal. Jika hal itu tidak tersedia maka proses pelaksanaan pembelajaran tematik tidak akan berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Solusi untuk memecahkan persoalan di atas maka guru harus melakukan beberapa hal untuk mendesain pembelajaran tematik. Langkah-langkah untuk mendesain pembelajaran tematik yaitu:
a. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan.
b. Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan dipadukan.
c. Memilih tema pemersatu dan jaringan tema.
d. Membuat hubungan antara beberapa kompetensi dasar dan beberapa tema pemersatu.
e. Menyusun silabus pembelajaran tematik.
f. Menyusun rencana pembelajaran tematik.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran tematik untuk diimplementasikan adalah merancang pemetaan tema pembelajaran tematik. Guru harus teliti dan jeli dalam mengidentifikasi dan menetapkan kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Guru harus memahami kandungan masing-masing kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran sebelum dilakukan pemaduan.
Hal pertama yang perlu diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran tematik adalah menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini, guru membuat pemetaan kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran. Saat guru menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan lebih baik jika disertai tujuan dan maksud yang memuat pencapaian kompetensi dasar siswa. Namun seringkali tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan untuk ditemukan dalam satu tema.
Hal kedua yang perlu diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran tematik adalah mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini, guru melakukan pengkajian mengenai kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang sama dari beberapa mata pelajaran untuk diajarkan dengan tema pemersatu. Guru harus mengidentifikasi semua standar kompetensi yang terdapat dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas I – III. Guru harus mengidentifikasi semua kompetensi dasar yang terdapat dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas I – III. Guru harus menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator.
Hal ketiga yang perlu diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran tematik adalah memilih tema pemersatu dan jaringan tema. Pada tahap ini, guru memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada kelas dan semester yang sama. Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan mudah dikenali oleh siswa. Contoh tema yang dipilih seperti keluargaku, diri sendiri, kebersihan, kesehatan, dan makanan kesukaan. Dari tema yang telah dipilih tersebut kemudian dibuatlah jaringan tema.
Setelah tema terpilih maka untuk memperjelas tema tersebut dibuatlah jaringan tema. Trianto (2011: 328) berpendapat bahwa jaringan tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dan sub-sub pokok bahasan tertentu yang diambil dari berbagai bidang studi. Jaringan tema ini menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu sehingga akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Gambar contoh jaringan tema dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 88.
Hal keempat yang perlu diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran tematik adalah membuat hubungan antara beberapa kompetensi dasar dan beberapa tema pemersatu. Pada tahap ini, guru melakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan keterhubungan kompetensi dasar itu dapat dibuat dalam bentuk bagan dan tabel jaringan tema yang memperlihatkan hubungan antara kompetensi dasar dengan tema pemersatu dari setiap mata pelajaran. Guru juga harus memperlihatkan hubungan antara indikator dengan tema pemersatu dari setiap mata pelajaran. Format tabel keterhubungan pemetaan tema dapat dilihat pada tabel 2 halaman 89.
Hal kelima yang perlu diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran tematik adalah menyusun silabus pembelajaran tematik. Dari hubungan antara kompetensi dasar, indikator, dengan tema pemersatu itu maka akan mudah untuk membuat silabus berdasarkan tema yang terpilih. Sanjaya (2011: 167) berpendapat bahwa silabus dapat diartikan sebagai rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, pokok materi yang harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan. Menyusun silabus yaitu menjabarkan semua KD (kompetensi dasar) menjadi komponen-komponen silabus (Tim Pengembangan Kurikulum Program Pendidikan Dasar, 2009: viii). Komponen-komponen silabus yaitu identitas/tema mapel, SK/KD, materi, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus memuat berbagai hal yakni. 1) Tujuan apa yang harus dicapai siswa. 2) Materi apa yang harus dipelajari siswa. 3) Bagaimana cara yang dapat dilakukan yang dapat dilakukan agar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar itu dapat dicapai. 4) Bagaimana menentukan keberhasilan siswa. Dalam menyusun silabus, guru perlu mempertimbangkan pada bagan dan tabel keterhubungan antara SK (standar kompetensi), KD (kompetensi dasar), indikator, dan tema pemersatu. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikatikan dan dihubungkan dalam pembelajaran tematik seharusnya disusun dalam silabus sendiri. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat mata pelajaran yang akan dipadukan. Format tabel silabus dapat dilihat pada tabel 3 halaman 90.
Hal keenam yang perlu diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran tematik adalah menyusun rencana pembelajaran tematik. Syarat untuk melaksanakan pembelajaran tematik adalah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan rencana pembelajaran ini sebagai realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah disusun dalam silabus pembelajaran. Dari penyusunan RPP tematik maka perencanaan kompetensi dasar akan lebih mudah untuk dilakukan pada kegiatan harian.
Menyusun RPP yaitu menjabarkan lebih lanjut silabus menjadi lebih operasional terutama pada kegiatan pembelajaran dan wujud alat penilaiannya (Tim Pengembangan Kurikulum Program Pendidikan Dasar, 2009: xi). RPP dalam pendekatan tematik dijelaskan untuk merencanakan pelaksanaan suatu jaring tema harian. Sanjaya (2011: 173) berpendapat bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaarn untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus. Komponen RPP terdiri dari : 1) Tujuan pembelajaran, 2) materi/isi, 3) Strategi dan metode pembelajaran, 4) Media dan sumber belajar, serta 5) Penilaian. Format tabel RPP dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 91.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment