- Baik tingkah lakunya terhadap suaminya, anak anaknya, ibu bapaknya, teman-temannya, tetangganya dan masyarakatnya yaitu:
- Dengan suaminya bersopan santun dalam segala percakapan dan perbuatannya.
- Dengan anak-anaknya berbicara dengan bahasa yang baik (tidak suka memaki-maki dan berbahasa kasar).
- Dengan ibu bapaknya senantiasa bersopan santun dan beradab.
- Dengan teman-teman, tetangga dan masyarakatnya tidak suka bertengkar dan mencaci-maki serta memfitnah.
- Tidak jahat mulut yaitu tidak suka mengadu kepada ibu bapak, teman-teman dan tetangganya mengenai keburukan suaminya.
- Banyak sabamya dalam menempuh segala kesusahan dan ujian dari Allah serta dalam mengerjakan perintah-penntah-Nya.
- Tidak berhias ketika keluar rumah karena kecantikan isteri hanyalah untuk suaminya dan bukan untuk orang lain.
- Tidak cepat berkeluh-kesah dalam menempuh kehidupan.
- Tidak memaksa suami untuk memenuhi semua keinginannya.
- Memadai (redha) dengan apa saja pemberian suaminya baik itu pemberian itu disukai atau tidak.
- Tidak suka banyak berbicara, berbicara hanya yang perlu saja.
- Selalu berada di rumah.
- Selalu berpuasa.
- Selalu merenungkan keaiban diri.
bit.ly/facebookbayups bit.ly/blogspotbayups bit.ly/scholarbayups bit.ly/youtubebayups
Thursday, April 5, 2012
Tanda-tanda Wanita Yang Baik Akhlaknya
Rumah Tangga Yang Berkat
- Pilih pasangan yang beragama sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
°Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, karena agamanya. Pilihlah yang beragama agar kamu beruntung. "
(Riwayat Bukhan dan Muslim)Bagi pihak wanita, untuk mendapat calon suami beragama, perlulah perempuan itu sendiri beragama, karena Allah berfirman yang bermaksud:
"Laki-laki yang balk Itu adalah untuk perempuan yang baik." (An Nur : 26) - Selama pertunangan, hindarilah pergaulan bebas. Kalaupun ingin bertemu. biarlah ditemani oleh muhram. Pertemuan menurut syariat boleh diatur. Adalah lebih baik dipercepatkan pernikahan.
- Majelis walimah yang berkat ialah majelis yang menurut syariat, terhindar daripergaulan bebas laki-laki dan perempuan, tidak ada adat persandingan dan pernbaziran belanja (apa lagi kalau sampai berhutang), tidak melewatkan waktu sholat dan tidak disertai dengan hal-hal yang melalaikan.
- Pernikahan yang berkat itu, murah mas kawinnya, dalam bulan Syawal, pada hari Jum'at, dalam perhimpunan orang-orang soleh dan dalam rumah Allah (masjid).
- Suami-isteri hendaklah ada kesepahaman dan berusaha melaksanakan tanggung jawab masing-masing serta saling redhameredhai, berbincang jika ada masalah dan mudah bertenggang rasa. Masing-masing henddaklah berusaha mencari keredhaan Allah dan doa mendoakar
Istri Yang Dianggap Durhaka Kepada Suami
- Apabila dipanggil oleh suaminya ia tidak datang. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
"Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidur ia tidak datang nescaya malaikat melaknat isteri itu sampai Subuh." (Riwayat Bukhari dan Muslim) - Membantah suruhan atau perintah suami. Sabda Rasulullah SAW:
'Siapa saja yang tidak berbakti kepada suaminya maka ia mendapat laknat dan Allah dan malaikat serta semua manusia." - Bermuka masam terhadap suami. Sabda Rasulullah SAW:
"Siapa saja perempuan yang bermuka masam di hadapan suaminya berarti ia dalam kemurkaan Allah sampai ia senyum kepada suaminya atau ia meminta keredhaannya." - Jahat lidah atau mulut pada suami. Sabda Rasulullah SAW:
"Dan ada empat golongan wanita yang akan dimasukkan ke dalam Neraka (diantaranya) ialah wanita yang kotor atau jahat lidahnya terhadap suaminya." - Membebankan suami dengan permintaan yang diluar kemampuannya.
- Keluar rumah tanpa izin suaminya. Sabda Rasulullah SAW:
"Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya."
(Riwayat Al Khatib) - Berhias ketika suaminya tidak disampingnya. Maksud firman Allah
"Janganlah mereka (perempuan-perempuan) menampakkan perhiasannya melainkan untuk suaminya." (An Nur 31) - Menghina pengorbanan suaminya. Maksud Hadis Rasulullah SAW
"Allah tidak akan memandang (benci) siapa saja perempuan yang tidak berterima kasih di atas pengorbanan suaminya sedangkan dia masih memerlukan suaminya." - Mengijinkan masuk orang yang tidak diijinkan suaminya ke rumah
maksud Hadis:
"Jangan ijinkan masuk ke rumahnya melainkan yang diijinkan suaminya." (Riwayat Tarmizi) - Tidak mau menerima petunjuk/arahan suaminya.
Maksud Hadis:
"Isteri yang durhaka hukumnya berdosa dan dapat gugur nafkahnya ketika itu. Jika ia tidak segera bertaubat dan meminta ampun dari suaminya, Nerakalah tempatnya di Akhirat kelak. Apa yang isteri buat untuk suami adalah semata-mata untuk mendapat keredhaan Allah SWT"
Rumah Tangga Surga
Di antara ciri-ciri sebuah rumah tangga surga itu ialah:
- Apabila suami melihat isteri, terasa tenang di hati karena setianya
- Suami sangat bertanggung jawab.
- Anak-anak apabila melihat ibu ayah, jiwa yang kosong terasa terisi . dan apabila mereka tidak ada, terasa kekosongan di hati.
- Ibu bapa merasa sejuk hati apabila melihat anak-anak karena merea taat mengikuti kata-katanya.
- Tidak ada cacian atau makian sesama anggota keluarga.
- Sama sekali tidak ada pukul-memukul, tendang-menendang atau sepak terjang.
- Kesemua anggota keluarga membesarkan Allah swt melalui sholat berjemaah, qiamullail (sholat malam), membaca Al Quraf, bertasbih, membaca tahlil dan tahmid, kuliah untuk keluarga dan lain-lain.
- Makan berjemaah bersama-sama.
- Saling mengingati di antara satu sama lain dengan kasih sayang
Perbincangan Suami Istri Yang Ada Cita-cita Islam
- Perkataan yang selalu dikeluarkan atau percakapannya selain bercakap-cakap untuk menghiburkan satu sama lain, ia juga untuld.. mendatangkan rasa ghairah satu sama lain. Ini untuk menghindarkan suami atau isteri merasa tidak puas dengarl.pasangan masing-masing sehingga hubingan menjadi dingin
- Bercakap, berbincang dan bertukar likiran tentang iman.
- Bagaimana Islam dapat diamalkan di dalam din maupun di dalam keluarga.
- Bagaimana akan mendidik anak secara Islam secara lebih berkesan.
- Bagaimana hendak memajukan pelajaran anak-anak dan memperhalus akhlak mereka agar taat kepada Allah SWT, Rasul dan kedua ibu bapa.
- Bagaimana hendak melahirkan kasih sayang dan perpaduan dikalangan anak-anak.
- Bagaimana hendak menghadapi anak-anak yang nakal dan terjebak dengan gejala-gejala yang tidak sehat.
- Bagaimana hendak melatih anak-anak (perempuan) agar pandai mengurus rumah tangga, memasak, menjahit dan sebagainya.
- Bagaimana hendak melatih anak-anak (laki-laki) supaya memiliki ilmu fardhu ain yang mencukupi, bertanggung jawab dan memiliki ciri-ciri kepimpinan.
- Bercakap-cakap tentang isu-isu semasa terutama yang berhubungan dengan Islam.
Adab-adab Wanita Yang Dipinang
- Hendaklah dia menyerahkan kepada orang tua dan keluarganya untuk:
i. Menyelidiki laki-laki yang meminangnya yaitu tentang agamanya, kepahamannya, kepribadian dan ketetapan janjinya.
ii. Memperhatikan keluarga tunangnya itu dan penghuni penghuni rumahnya.
iii. Memperhatikan ibadah laki-laki yang meminangnya seperti sholatnya secara individu dan secara berjemaah.
iv. Memperhatikan matlamat pemiagaan dan perusahaan atau matlamat dalam pekerjaan laki-laki yang meminangnya. - Pada hari pertunangannya, hendaklah ia menggalakkan tunangnya agar memperkuatkan agamanya dan bersikap zuhud.
- Hendaklah bersama-sama berniat di atas satu dasar hidup yaitu hidup untuk Tuhan.
- Bersifat 'qanaah' (memadai dengan apa yang telah ada tanpa rasa tamak) dalam membina rumah tangga. Setelah diterima peminangan hendaklah dia mematuhi kehendak-kehendak calon suaminya itu untuk memperkuat hubungan dalam pergaulan dan mengekalkan cinta kasih setelah menikah nanti.
- Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
"Apabila seorang yang kamu berpuas hati tentang agamanya dan perangainya datang meminang (anak gadis) kamu maka terimalah lamaran itu. Seandainya kamu menolak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi."
(Riwayat At Tarmizi) - Pergaulan setelah pertunangan masih terbatas. Pertemuan harus diatur mengikut syariat dengan ditemani muhram atau penjaga.
- Jauhkan pergaulan bebas agar terpelihara dari dosa, fitnah dan salah sangka tunangnya.
Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami
- Allah Taala berfirman yang bermaksud:
"Kaum laki-laki itu pemimpin wanita. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) alas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Maka wanita yang solehah ialah mereka yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada menurut apa yang Allah kehendaki. "
"Wanita-wanita yang kamu kuatirkan akan durhaka padamu, maka nasehatilah mereka (didiklah) mereka. Dan pisahkanlah dari tempat tidur mereka (jangan disetubuhi) dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu bersikap curang. Sesungguhnya Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Besar." (An Nisa : 34) - Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Siapa saja isteri yang meninggal dunia, sedangkan suaminya redha terhadap kepergiannya, maka ia akan masuk Surga."
(Riwayat Tarmizi) - Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki."
(Riwayat Ahmad dan Thabrani) - Seorang perempuan datang ke hadapan Nabi SAW lalu berkata, "Wahai Rasulullah SAW, saya mewakili kaum wanita untuk menghadap tuan (untuk menanyakan tentang sesuatu). Berperang itu diwajibkan oleh Allah hanya untuk kaum laki-laki, jika mereka terkena luka, mereka mendapat pahala dan kalau terbunuh, maka mereka adalah tetap hidup di sisi Allah. lagi dicukupkan rezekinya (dengan buah-buahan Surga). Dan kami kaum perempuan selalu melakukan kewajiban terhadap mereka (yaitu melayani mereka dan membantu keperluan mereka) lalu apakah kami boleh ikut memperoleh pahala berperang itu?"
Maka Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Sampaikanlah kepada perempuan-perempuan yang kamu jumpai bahwa taat kepada suami dengan penuh kesadaran maka pahalanya seimbang dengan pahala perang membela agama Allah. Tetapi sedikit sekali dari kamu sekalian yang menjalankannya." - Sayidina Ali k.w.j. berkata: "Seburuk-buruk sifat bagi kaum laki laki itu adalah sebaik-baik sifat bagi kaum perempuan yaitu kikir dan bersikap keras dan takut. Karena sesungguhnya perempuan itu jika kikir, maka ia memelihara harta suaminya dan jika bersikap keras, maka ia menjaga diri dari berbicara kepada setiap orang dengan perkataan yang halus (mesra) yang menimbulkan sangkaan yang buruk, dan jika penakut. maka ia takut dari segala sesuatu, oleh karena itu ia tidak berani keluar dari rumahnya dan ia menjauhi tempat-tempat yang menimbulkan kecurigaan yang buruk karena takut kepada suaminya".
- Seharusnya seorang isteri mengetahui kedudukan dirinya seolah olah seorang 'hamba' perempuan yang dimiliki oleh suaminya atau sebagai 'tawanan' yang lemah. Oleh karena itu dia tidak boleh membelanjakan sedikit pun dari hartanya (sendiri) kecuali dengan seijin suaminya karena ia diumpamakan sebagai orang yang dalam kawalan (perhatian).
- Wajib bagi seorang isteri:
- Merendahkan pandangannya terhadap suaminya.
- Tidak berkhianat terhadap suaminya ketika suaminya tidak ada termasuk juga hartanya.
- Menunaikan hajat suami (jika diajak oleh suaminya) biarpun di waktu sibuk atau susah (ditamsilkan berada di punggung unta oleh Rasulullah).
- Meminta ijin suami untuk keluar dari rumahnya. Kalau keluar rumah tanpa ijin suaminya maka dia dilaknati oleh malaikat sampai ia bertaubat dan kembali.
- Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda, maksudnya:
"Sungguh-sungguh meminta ampun untuk seorang isteri yang berbakti kepada suaminya yaitu burung di udara, ikan-ikan di air dan malaikat di langit selama ia selalu dalam kerelaan suaminya. Dan siapa saja dikalangan isteri yang tidak berbakti kepada suaminya, maka ia mendapat laknat dari Allah dan malaikat serta semua manusia. " - Siapa saja di kalangan isteri yang bermuka masam di hadapan suaminya, maka ia dalam kemurkaan Allah sampai ia dapat membuat suasana yang menggembirakan suaminya dan memohon kerelaannya.
- Aisyah r.ha berkata:
"Wahai kaum wanita Seandainya kamu mengerti kewajiban terhadap suamimu, tentu seorang isteri akan menyapu debu dari kedua telapak kaki suaminya dengan sebagian mukanya." - . Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Tiga orang yang tidak diterima sholatnya (tidak diberi pahala sholatnya) oleh Allah dan tidak diangkat kebaikan mereka ke langit ialah: hamba yang lari dari tuannya hinggalah dia kembali, seorang isteri yang dimurkai oleh suaminya hinggalah dia memaafkannya, orang yang mabuk hingga dia sadar kembali." - Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Jika seorang isteri berkata kepada suaminya: Tidak pernah aku melihat kebaikanmu sama sekali, maka hancur leburlah pahala amal kebaikannya."
Keterangan:
Maksud Hadis ini ialah jika seorang isteri memperkecilkan usaha baik suaminya seperti dalam memberi nafkah dan memberi pakaian maka hancur leburlah pahala amal kebaikannya. - Nabi Muhammad SAW bersabda, maksudnya:
"Siapa saja isteri yang meminta cerai dari suaminya tanpa sebab-sebab yang sangat diperlukan, maka haramlah bau Surga ke atasnya."
Keterangan:
Hal ini biasanya terjadi pada seorang isteri yang tidak berminat kepada suaminya lagi kecuali kalau dia meminta cerai kepadanya karena kuatir tidak dapat menjalankan kewajiban terhadap suaminya untuk menghindarkan diri dari kekecewaan suaminya. - Nabi SAW bersabda maksudnya:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada seorang isteri yang tidak bersyukur kepada suaminya."
Keterangan:
Hal ini biasa terjadi pada suami yang miskin dan isteri yang kaya. Lalu isteri itu menafkahkan hartanya kepada suaminya, kemudian mengungkitnya. - Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Pertama urusan yang ditanyakan kepada isteri pada hari Kiamat nanti ialah mengenai sholatnya dan mengenai urusan suaminya (apakah ia menjalankan kewajibannya terhadap suaminya atau tidak). " - Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Empat perempuan yang berada di Neraka ialah:
Perempuan yang kotor mulutnya terhadap suaminya. Jika suaminya tidak ada di rumah ia tidak menjaga dirinya dan jika suaminya bersamanya ia memakinva (memarahinya). Perempuan yang memaksa suaminya untuk memberi apa yang suami tidak mampu.
Perempuan yang tidak menjaga auratnya dari kaum laki-laki dan memperlihatkan kecantikannya (untuk menarik kaum laki laki).
Perempuan yang tidak mempunyai tujuan hidup kecuali makan minum dan tidur, dan ia tidak mau berbakti kepada Allah dan tidak mau berbakti kepada Rasul-Nya dan tidak mau berbakti kepada suaminya."
Keterangan:
Seorang perempuan yang bersifat dengan sifat-sifat ini akan dilaknati kecuali jika dia bertaubat. - Al Hakim bercerita bahwa seorang perempuan berkata kepada Nabi SAW: "Sesungguhnya putera bapa saudaraku melamarku. Oleh karena itu berilah peringatan kepadaku apa kewajiban seorang isteri terhadap suaminya. Kalau kewajiban itu sesuatu yang mampu aku jalankan, maka aku bersedia dinikahkan." Maka Baginda bersabda: "Kalau mengalir darah dan nanah dari kedua lubang hidung suaminya lalu (isteri) menjilatnya, maka itu pun belum dianggap menjalankan kewajibannya terhadap suaminya. Seandainya diperbolehkan untuk manusia bersujud kepada manusia lain, tentu aku perintahkan :seorang isteri bersujud kepada suaminya."
Berkatalah perempuan itu, "Demi Tuhan yang mengutus Tuan, aku tidak akan menikah selama dunia ini masih ada." - Imam Thabrani menceritakan bahwa seorang isteri tidak dianggap menjalankan kewajibannya terhadap Allah hingga ia menjalankan kewajibannya terhadap suaminya, dan seandainya suami memintanya (untuk digauli) sedang ia (isteri) di atas belakang unta maka tidak boleh dia menolaknya.
- Sayidina Ali k.w.j. berkata: "Aku masuk ke rumah Nabi SAW berserta Fatimah lalu aku dapati Baginda sedang menangis tersedu-sedu, kemudian aku berkata: "Tebusan Tuan adalah ayahku dan ibuku wahai Rasulullah, apakah yang membuat Tuan menangis?" Baginda bersabda, "Wahai Ali! Pada malam aku diangkat ke langit aku melihat kaum perempuan dari umatku disiksa di Neraka dengan bermacam-macam siksaan, lalu aku menangis karena begitu berat siksaan mereka yang aku lihat. Aku melihat perempuan yang digantung dengan rambutnya serta mendidih otaknya. Dan aku melihat perempuan yang digantung dengan lidahnya sedangkan air panas dituangkan pada tenggorokannya.
Dan aku melihat perempuan yang benar-benar diikat kedua-dua kakinya sampai kedua-dua susunya dan diikat kedua-dua tangannya sampai ubun-ubunnya dan Allah mengarahkan ular ular dan kalajengking menyengatinya. Dan aku melihat seorang perempuan yang berkepala babi dan bertubuh keledai dan ia ditimpakan sejuta siksaan. Dan aku melihat seorang perempuan berbentuk anjing dan api masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya (jalan belakang) sementara malaikat memukul kepalanya dengan tongkat besar dari api Neraka." Lalu Sayidatina Fatimah Az Zahra r.ha berdiri dan berkata, "Wahai kekasihku dan cahaya mataku! Perbuatan apa yang dilakukan oleh mereka hingga ditimpa seksaan ini?" Maka Nabi SAW bersabda: "Wahai anakku! Adapun perempuan yang digantung rambutnya itu adalah karena dia tidak menutupi rambutnya dari pandangan kaum laki-laki ajnabi.
Adapun perempuan yang digantung dengan lidahnya karena dia telah menyakiti suaminya.
Adapun perempuan yang digantung kedua-dua susunya karena dia telah mempersilahkan (orang lain) untuk menduduki tempat tidur suaminya.
Adapun perempuan yang diikat kedua-dua kakinya sampai keduadua susunya dan diikat kedua-dua tangannya sampai ke ubun ubunnya dan Allah mengarahkan ular-ular untuk menggigitnya dan kala jengking untuk menyengatinya karena dia tidak mandi junub setelah haid dan dia mempermainkan (meninggalkan) sholat. Adapun perempuan yang berkepala babi dan berbadan keledai karena dia adalah ahli adu domba dan pembohong. Adapun perempuan yang berbentuk anjing dan api masuk ke mulutnya dan keluar dari duburnya karena ia ahli umpat lagi penghasut.
Wahai anakku! Celaka bagi perempuan yang tidak berbakti kepada suaminya. " - Seorang isteri hendaklah menyadari bahwa seorang suami bagi isteri adalah bagaikan ayah bagi seorang anak karena taatnya seorang anak kepada ayahnya dan memohon keredhaannya adalah wajib Seorang suami pula tidak wajib mentaati isteri
- Menjadi pendorong serta penasehat dalam hal-hal kebaikan.
- Memahami hal-hal yang digemari dan yang dibenci oleh suami.
- Setiap perbuatannya hendaklah menyenangkan hati suami.
- Senantiasa menambahkan ilmu agamanya serta amalan.amalannya dengan berbagai macam cara seperti membaca, mendengar kaset-kaset ceramah agama serta mengikuti majlis- majlis agama.
- Demi cinta terhadap suaminya seorang isteri akan melakukan khidmat dan bakti kepada suaminya cara hal yang sebesar. besarnya sampai hal yang sekecil-kecilnya seperti menggunting kuku, memotong kumis, dan meminyakkan rambut suami. Rasulullah SAW pernah berkata kepada Siti Fatimah: "Ya Fatimah, apabila seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya, memotong kumis dan menggunting kukunya maka Allah akan memberinya minum dari air Surga yang mengalir di sungai sungainya dan diringankan Allah baginya sakaratul maul dan akan didapatinya kubumya menjadi sebuah taman yang indah dan taman taman Surga. "
- Senantiasa menyediakan air di sisi suami. Selama ia berbuat yang demikian selama itulah ia didoakan keampunan oleh para malaikat.
- Memasak makanan menurut kesukaan atau selera suami.
- Menambal baju atau pakaiannya yang buruk.
- Siapkan barang-barang keperluan di dalam sakunya seperti sisir, celak, sikat gigi. cermin dan minyak wangi (ikut Sunnah).
- Ikut kemauan suami pada waktu bersenda gurau, memijat, mengipas dan sebagainya.
KESIMPULAN TANGGUNG JAWAB SUAMI
- Menjadi pemimpin anak isteri di dalam rumah tangga.
- Mengajarkan ilmu fardhu 'ain (wajib) kepada anak isteri yaitu ilmu tauhid, fiqih dan tasawuf.
Ilmu tauhid diajarkan supaya aqidahnya sesuai dengan aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah.
Ilmu fiqih diajarkan supaya segala ibadahnya sesuai dengan kehendak agama.
Ilmu tasawuf diajarkan supaya mereka ikhlas dalam beramal dan dapat menjaga segala amalannya daripada dirusakkan oleh rasa riya' (pamer), bangga, menunjuk-nunjuk orang lain dan lain-lain. - Memberi makan, minum, pakaian dan tempat tinggal dari uang dan usaha yang halal.
Ada ulama berkata:
'Sekali memberi pakaian anak isteri yang menyukakan hati mereka dan halal maka suami mendapat pahala selama 70 tahun."
Tidak menzalimi anak isteri yaitu dengan:- Memberikan pendidikan agama yang sempurna. (INGAT! YANG SEMPURNA)
- Memberikan nafkah lahir dan batin secukupnya. (INGAT! SECUKUPNYA!!!) /minimal 5 ribu mungkin?
- Memberi nasihat serta menegur dan memberi panduan/ petunjuk jika melakukan maksiat atau kesalahan. (INGAT! LEMAH LEMBUT)
- Apabila memukul jangan sampai melukakan (melampaui batas). (INGAT!!! TIDAK BERLEBIHAN!)
- Memberi nasihat jika isteri gemar bergunjing/bergosip, mengomel serta melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah agama.
- Melayani isteri dengan sebaik-baik pergaulan.
- Berbicara dengan isteri dengan lemah-lembut.
- Memaafkan keterlanjurannya tetapi sangat memperhatikan kesesuaian tingkah lakunya dengan syariat.
- Kurangkan perdebatan.
- Memelihara harga diri / kehormatan mereka.
Referensi dalil kewajiban suami
- Allah Taala berfirman, yang bermaksud:
"Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara sebaik-baiknya." (An Nisa 19) - Dan Allah berfirman lagi:
'Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang baik akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan atas isterinya." (Al Baqarah : 228) - Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda pada waktu haji widak (perpisahan) setelah baginda memuji Allah dan menyanjung-Nya serta menasehati para hadirin yang maksudnya:
'Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku untuk berbuat baik kepada para isteri, isteri-isteri itu hanyalah dapat diumpamakan kawanmu yang berada di sampingmu, kamu tidak dapat memiliki apa-apa dari mereka selain berbuat baik, kecuali kalau isteri-isteri itu melakukan perbuatan yang keji yang jelas (membangkang atau tidak taat) maka tinggalkanlah mereka sendirian di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Kalau isteri-isteri itu taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan mereka.
Ingatlah! Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isterimu dan sesungguhnya isteri-isterimu itu mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap dirimu. Kemudian kewajiban isteri-isteri terhadap dirimu ialah mereka tidak boleh mengijinkan masuk ke rumahmu orang yang kamu benci. Ingatlah! Kewajiban terhadap mereka ialah bahwa kamu melayani mereka dengan baik dalam soal pakaian dan makanan mereka.
(Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah) - Diceritakan dan Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bermaksud: "Tidak ada seseorang yang menjumpai Allah swt dengan membawa dosa yang lebih besar daripada seorang suami yang tidak sanggup mendidik keluarganya."
- Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Siapa saja seorang laki-laki yang menikahi perempuan dengan mas kawin sedikit atau banyak sedangkan dalam hatinya ia berniat untuk tidak memberikan hak perempuan tersebut (mas kawinnya) kepadanya. maka ia telah menipunya, kemudian jika ia meninggal dunia, sedang ia belum memberi hak perempuan tadi kepadanya maka ia akan menjumpai Allah pada hari Kiamat nanti dalam keadaan berzina." - Nabi SAW bersabda yang bermaksud
"Sesungguhnya yang termasuk golongan mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang baik budi pekertinya dan mereka yang lebih halus dalam mempergauli keluarganya (isteri anak-anak dan kaum kerabatnya). " - Nabi SAW bersabda yang bermaksud :
"Orang-orang yang terbaik dan kamu sekalian ialah mereka yang lebih baik dan kamu dalam mempergauli keluarganya dan saya adalah orang yang terbaik dari kamu sekalian dalam mempergauli keluargaku." (Riwayat lbnu Asakir) - Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bermaksud:
"Barang siapa yang sabar atas budi pekerti isterinya yang buruk, maka Allah memberinya pahala sama dengan pahala yang diberikan kepada Nabi Ayub a.s karena sabar atas cobaan-Nya." ( Cobaan ke alas Nabi Ayub ada empat hal: Habis harta bendanya., Meninggal dunia semua anaknya., Hancur badannya., Dijauhi oleh manusia kecuali isterinya benama Rahmah )
" Dan seorang isteri yang sabar atas budi pekerti suaminya yang buruk akan diberi oleh Allah pahala sama dengan pahala Asiah isteri Firaun". - Al Habib Abdullah Al Haddad berkata:
"seorang laki-laki yang sempurna adalah dia yang mempermudah dalam kewajiban-kewajiban kepadanya dan tidak mempermudah dalam kewajiban-kewajibannya kepada Allah. Dan seorang laki-laki yang kurang ialah dia yang bersifat sebaliknya."
Maksud dan penjelasan ini ialah seorang suami yang bersikap sudi memaafkan jika isterinya tidak menghias dirinya dan tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi ia bersikap tegas jika isterinya tidak melakukan sholat atau puasa dan lain-lain, itulah suami yang sempurna. Dan seorang suami yang bersikap keras jika isterinya tidak menghias dirinya atau tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi bersikap acuh tak acuh (dingin) jika isteri meninggalkan kewajiban-kewajiban kepada Allah seperti sholat, puasa dan lain-lain, dia seorang suami yang kurang. - Dianjurkan bagi seorang suami memperhatikan isterinya (dan mengingatkannya dengan nada yang lembut/halus) dan menafkahinya sesuai kemampuannya dan berlaku tabah (jika disakiti oleh isterinya) dan bersikap halus kepadanya dan mengarahkannya ke jalan yang baik dan mengajamya hukum-hukum agama yang perlu diketahui olehnya seperti bersuci, haid dan ibadah-ibadah yang wajib atau yang sunat.
- Allah Taala berfirman yang bermaksud:
'Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari api Neraka." (At Tahrim : 6)
Ibnu Abbas berkata:
"Berilah pengetahuan agama kepada mereka dan berilah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka."
Dan Ibnu Umar dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda: 'Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab at,is rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam mengurusi ahli keluarganya. Ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab alas keluarganya. Seorang hamba adalah pemimpin dalam mengurus harta tuannya, ia bertanggung jawab atas peliharaannya. Seorang laki-laki itu adalah pemimpin dalam mengurusi harta ayahnya, ia bertanggung jawab atas peliharaannya. Jadi setiap kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap kamu harus bertanggung jawab alas yang dipimpinnya." (Muttafaq 'alai ) - Nabi SAW bersabda yang bermaksud: "Takutlah kepada Allah dalam memimpin isteri-istrimu , karena sesungguhnya mereka adalah amanah yang berada disampingmu, barangsiapa tidak memerintahkan sholat kepada isterinya dan tidak mengajarkan agama kepadanya, maka ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya."
- Allah Taala berfirman yang bermaksud:
"Perintahkanlah keluargamu agar melakukan sholat." (Thaha:132)
As-sidq
Pengertian As-sidq
Dari segi bahasa, sidiq berasal dari kata shadaqa yang memiliki beberapa arti yang satu sama lain saling melengkapi.
Lawan kata sidiq adalah kadzib (dusta). Di antara arti sidiq adalah: benar, jujur/ dapat dipercaya, ikhlas, tulus, keutamaan, kebaikan, dan kesungguhan. Sidiq di sini lebih dekat dengan sebuah sikap pembenaran terhadap sesuatu yang datang dari Allah dan Rasulullah saw. yang berangkat dari rasa dan naluri keimanan yang mendalam. Contoh, kisah Abu Bakar sebagai penguatnya. Karena beliau dapat membuktikan implementasi keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, di waktu tiada orang yang mempercayai Rasulullah saw.
Para ulama memiliki beragam gambaran, diantaranya:
* Shidiq adalah menyempurnakan amal untuk Allah.
* Shidiq adalah kesesuaian dzahir (amal) dengan bathin (iman). Karena orang yang dusta adalah mereka yang dzahirnya lebih baik dari bathinnya.
* Shidiq adalah ungkapan yang haq, kendatipun memiliki resiko yang membayahakan dirinya.
* Shidiq adalah perkataan yang haq pada orang yang ditakuti dan diharapkan.
Sidiq Merupakan Hakekat Kebaikan
Sidiq merupakan hakekat kebaikan yang memiliki dimensi yang luas, karena mencakup segenap aspek keislaman. Hal ini tergambar jelas dalam firman Allah swt. dalam surat Al-Baqarah: 177.
Dalam ayat ini digambarkan sidiq yang meliputi keimanan, menginfakkan harta yang dicintai, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji, bersabar dalam kesulitan dst. Oleh karena itulah, dalam ayat lain, Allah memerintahkan kita untuk senantiasa bersama-sama orang yang sidiq: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (sidiq).” (At-Taubah: 119)
Membaca Hadits-hadits Tentang Sidiq
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihinnya menyebutkan enam hadits dalam bab sidiq. Dari keenam hadits tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1. “Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW.. bersabda; ‘Sesungguhnya sidiq itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan membawanya ke dalam surga…’ (Mutafaqun ‘alaih)
2. Sementara itu lawan dari sidiq, yaitu kadzib merupakan sumber dari keburukan: “Dan sesungguhnya kedustaan itu membawa kepada keburukan, dan keburukan itu membawa kepada api neraka.” (Mutafaqun ‘alaih)
3. Sidiq merupakan ketenangan. Dari Abu Haura’ As-Sa’dy, aku berkata kepada Hasan bin Ali ra, apa yang kamu hafal dari hadits Rasulullah saw..? Beliau berkata, aku hafal hadits dari Rasulullah saw..: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kebenaran membawa pada ketenangan dan dusta itu membawa pada keragu-raguan.” (HR. Tirmidzi)
4. Sidiq merupakan perintah Rasulullah saw. Hal ini dikatakan oleh Abu Sufyan ketika bertemu dengan raja Hirakleus: “Apa yang dia perintahkan pada kalian?” Abu Sufyan menjawab, “Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, meninggalkan semua ajaran nenek moyang, mendirikan shalat, bersikap sidiq (jujur/ benar), sopan santun dan menyambung tali persaudaraan.” (Mutafaqun ‘alaih)
5. Rasulullah saw. mengatakan: “Barangsiapa yang meminta kesyahidan kepada Allah swt. dengan sidiq (sebenar-benarnya), maka Allah akan menempatkannya pada posisi syuhada’, meskipun ia meninggal di atas ranjangnya.” (HR. Muslim)
6. Sidiq akan mengantarkan seseorang pada keberkahan dari Allah swt. Rasulullah saw. mengemukakan: “Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum berpisah. Maka jika benar dan jelas kedua, diberkahi jual beli itu. Tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapuspah berkah jual beli tersebut.” (Mutafaqun ‘alaih)
Derajat Siddiqin bersama Para Nabi, Syuhada’ dan Shalihin
Selain mendapatkan ampunan dan pahala yang besar, para siddiqin juga akan menempati posisi yang tinggi di sisi Allah kelak di akhirat. Mereka akan disatukan bersama para nabi dan orang-orang yang mati syahid, serta para shalihin. Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (An-Nisa’: 69)
Sidiq Merupakan Sifat Para Nabi
Dalam Al-Qur’an setidaknya Allah menyebutkan tiga nabi yang memiliki sifat siddiq ini. Yang pertama adalah Nabiullah Ibrahim a.s. Allah memujinya karena memiliki sifat ini: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.” (Maryam: 41)
Kemudian yang kedua adalah Nabiullah Idris a.s. Allah juga memujinya dalam Al-Qur’an karena memiliki sifat sidiq. Allah berfirman: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.” (Maryam: 56)
Adapun yang ketiga adalah Nabiullah Yusuf a.s. Beliau membuktikan kebenaran keimanannya kepada Allah dengan menolak ajakan Zulaikha untuk berbuat zina, meskipun disertai dengan ancaman (Yusuf: 51).
Ciri-ciri Orang yang Sidiq
Orang yang sidiq memiliki beberapa ciri, diantara ciri-ciri mereka yang Allah gambarkan dalam al-Qur’an adalah:
1. Teguh dan tegar terhadap apa yang dicita-citakan (diyakininya). Allah swt. mencontohkan dalam Al-Qur’an, orang-orang yang sidiq terhadap apa yang mereka janjikan (bai’atkan) kepada Allah: (Al-Ahzab: 23).
2. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an (Al-Hujuraat: 15).
3. Memiliki keimanan kepada Allah, Rasulullah saw., berinfaq, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji dan sabar (Al-Baqarah: 177).
4. Memiliki komitmen yang kuat terhadap Islam. Allah mengatakan dalam Al-Qur’an: “Barangsiapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus.” (Ali Imran: 101)
Cara Mencapai Sifat Sidiq
Setelah kita melihat urgensitas sifat sidiq ini, maka setidaknya muncul dalam hati kita keinginan untuk melengkapi diri dengan sifat ini. Karena sifat ini benar-benar merupakan intisari dari kebaikan. Dan sifat ini pulalah yang dimiliki oleh sahabat yang paling dicintai Rasulullah saw., yaitu Abu Bakar Asidiq. Ada beberapa cara yang semoga dapat membantu menumbuhkan sifat ini:
1. Senantiasa memperbaharui keimanan dan keyakinan kita (baca; ketsiqahan) kepada Allah swt. Karena pondasi dari sifat sidiq ini adalah kuatnya keyakinan kepada Allah.
2. Melatih diri untuk bersikap jujur diamana saja dan kapan saja serta kepada siapa saja. Karena kejujuran merupakan karakter mendasar sifat sidiq.
3. Melatih diri untuk senantiasa membenarkan sesuatu yang datang dari Allah (Al-Qur’an dan sunnah) , meskipun hal tersebut terkesan bertentangan dengan rasio. Karena kebenaran mutlak hanyalah milik Allah. Sementara ijtihad manusia masih sangat memungkinkan adanya kesalahan.
4. Senantiasa melatih diri untuk komitmen dengan Islam dalam segala aspeknya; aqidah, ibadah, akhlaq dan syari’ah. Karena salah satu ciri siddiqin adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam: “Barangsiapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus.” (Al-Baqarah: 101)
5. Sering mentadaburi ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasulullah saw. mengenai sifat sidiq. Karena mentadaburi ayat dan hadits juga merupakan cara tersendiri yang sangat membekas dalam jiwa manusia.
6. Senantiasa membuka-buka lembaran-lembaran sejarah kehidupan salafu shalih, terutama pada sikap-sikap mereka yang menunjukkan kesiddiqannya.
7. Memperbanyak dzikir dan amalan-amalan sunnah. Karena dengan hal-hal tersebut akan menjadikan hati tenang dan tentram. Hati yang seperti ini akan mudah dihiasi sifat sidiq.
Yang kita hawatirkan adalah munculnya sifat kadzib, sebagai lawan dari sidiq dalam jiwa kita. Karena tabiat hati, jika tidak dihiasi dengan sifat yang positif, maka ia akan terisi dengan sifat negatifnya. Oleh karena itulah, mari kita menjaga hati dengan menjauhi sifat munafiq dan kedustaan, yang dapat menjauhkan kita dari sifat sidiq.
Dari segi bahasa, sidiq berasal dari kata shadaqa yang memiliki beberapa arti yang satu sama lain saling melengkapi.
Lawan kata sidiq adalah kadzib (dusta). Di antara arti sidiq adalah: benar, jujur/ dapat dipercaya, ikhlas, tulus, keutamaan, kebaikan, dan kesungguhan. Sidiq di sini lebih dekat dengan sebuah sikap pembenaran terhadap sesuatu yang datang dari Allah dan Rasulullah saw. yang berangkat dari rasa dan naluri keimanan yang mendalam. Contoh, kisah Abu Bakar sebagai penguatnya. Karena beliau dapat membuktikan implementasi keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, di waktu tiada orang yang mempercayai Rasulullah saw.
Para ulama memiliki beragam gambaran, diantaranya:
* Shidiq adalah menyempurnakan amal untuk Allah.
* Shidiq adalah kesesuaian dzahir (amal) dengan bathin (iman). Karena orang yang dusta adalah mereka yang dzahirnya lebih baik dari bathinnya.
* Shidiq adalah ungkapan yang haq, kendatipun memiliki resiko yang membayahakan dirinya.
* Shidiq adalah perkataan yang haq pada orang yang ditakuti dan diharapkan.
Sidiq Merupakan Hakekat Kebaikan
Sidiq merupakan hakekat kebaikan yang memiliki dimensi yang luas, karena mencakup segenap aspek keislaman. Hal ini tergambar jelas dalam firman Allah swt. dalam surat Al-Baqarah: 177.
Dalam ayat ini digambarkan sidiq yang meliputi keimanan, menginfakkan harta yang dicintai, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji, bersabar dalam kesulitan dst. Oleh karena itulah, dalam ayat lain, Allah memerintahkan kita untuk senantiasa bersama-sama orang yang sidiq: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (sidiq).” (At-Taubah: 119)
Membaca Hadits-hadits Tentang Sidiq
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihinnya menyebutkan enam hadits dalam bab sidiq. Dari keenam hadits tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1. “Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW.. bersabda; ‘Sesungguhnya sidiq itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan membawanya ke dalam surga…’ (Mutafaqun ‘alaih)
2. Sementara itu lawan dari sidiq, yaitu kadzib merupakan sumber dari keburukan: “Dan sesungguhnya kedustaan itu membawa kepada keburukan, dan keburukan itu membawa kepada api neraka.” (Mutafaqun ‘alaih)
3. Sidiq merupakan ketenangan. Dari Abu Haura’ As-Sa’dy, aku berkata kepada Hasan bin Ali ra, apa yang kamu hafal dari hadits Rasulullah saw..? Beliau berkata, aku hafal hadits dari Rasulullah saw..: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kebenaran membawa pada ketenangan dan dusta itu membawa pada keragu-raguan.” (HR. Tirmidzi)
4. Sidiq merupakan perintah Rasulullah saw. Hal ini dikatakan oleh Abu Sufyan ketika bertemu dengan raja Hirakleus: “Apa yang dia perintahkan pada kalian?” Abu Sufyan menjawab, “Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, meninggalkan semua ajaran nenek moyang, mendirikan shalat, bersikap sidiq (jujur/ benar), sopan santun dan menyambung tali persaudaraan.” (Mutafaqun ‘alaih)
5. Rasulullah saw. mengatakan: “Barangsiapa yang meminta kesyahidan kepada Allah swt. dengan sidiq (sebenar-benarnya), maka Allah akan menempatkannya pada posisi syuhada’, meskipun ia meninggal di atas ranjangnya.” (HR. Muslim)
6. Sidiq akan mengantarkan seseorang pada keberkahan dari Allah swt. Rasulullah saw. mengemukakan: “Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum berpisah. Maka jika benar dan jelas kedua, diberkahi jual beli itu. Tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapuspah berkah jual beli tersebut.” (Mutafaqun ‘alaih)
Derajat Siddiqin bersama Para Nabi, Syuhada’ dan Shalihin
Selain mendapatkan ampunan dan pahala yang besar, para siddiqin juga akan menempati posisi yang tinggi di sisi Allah kelak di akhirat. Mereka akan disatukan bersama para nabi dan orang-orang yang mati syahid, serta para shalihin. Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (An-Nisa’: 69)
Sidiq Merupakan Sifat Para Nabi
Dalam Al-Qur’an setidaknya Allah menyebutkan tiga nabi yang memiliki sifat siddiq ini. Yang pertama adalah Nabiullah Ibrahim a.s. Allah memujinya karena memiliki sifat ini: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.” (Maryam: 41)
Kemudian yang kedua adalah Nabiullah Idris a.s. Allah juga memujinya dalam Al-Qur’an karena memiliki sifat sidiq. Allah berfirman: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.” (Maryam: 56)
Adapun yang ketiga adalah Nabiullah Yusuf a.s. Beliau membuktikan kebenaran keimanannya kepada Allah dengan menolak ajakan Zulaikha untuk berbuat zina, meskipun disertai dengan ancaman (Yusuf: 51).
Ciri-ciri Orang yang Sidiq
Orang yang sidiq memiliki beberapa ciri, diantara ciri-ciri mereka yang Allah gambarkan dalam al-Qur’an adalah:
1. Teguh dan tegar terhadap apa yang dicita-citakan (diyakininya). Allah swt. mencontohkan dalam Al-Qur’an, orang-orang yang sidiq terhadap apa yang mereka janjikan (bai’atkan) kepada Allah: (Al-Ahzab: 23).
2. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an (Al-Hujuraat: 15).
3. Memiliki keimanan kepada Allah, Rasulullah saw., berinfaq, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji dan sabar (Al-Baqarah: 177).
4. Memiliki komitmen yang kuat terhadap Islam. Allah mengatakan dalam Al-Qur’an: “Barangsiapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus.” (Ali Imran: 101)
Cara Mencapai Sifat Sidiq
Setelah kita melihat urgensitas sifat sidiq ini, maka setidaknya muncul dalam hati kita keinginan untuk melengkapi diri dengan sifat ini. Karena sifat ini benar-benar merupakan intisari dari kebaikan. Dan sifat ini pulalah yang dimiliki oleh sahabat yang paling dicintai Rasulullah saw., yaitu Abu Bakar Asidiq. Ada beberapa cara yang semoga dapat membantu menumbuhkan sifat ini:
1. Senantiasa memperbaharui keimanan dan keyakinan kita (baca; ketsiqahan) kepada Allah swt. Karena pondasi dari sifat sidiq ini adalah kuatnya keyakinan kepada Allah.
2. Melatih diri untuk bersikap jujur diamana saja dan kapan saja serta kepada siapa saja. Karena kejujuran merupakan karakter mendasar sifat sidiq.
3. Melatih diri untuk senantiasa membenarkan sesuatu yang datang dari Allah (Al-Qur’an dan sunnah) , meskipun hal tersebut terkesan bertentangan dengan rasio. Karena kebenaran mutlak hanyalah milik Allah. Sementara ijtihad manusia masih sangat memungkinkan adanya kesalahan.
4. Senantiasa melatih diri untuk komitmen dengan Islam dalam segala aspeknya; aqidah, ibadah, akhlaq dan syari’ah. Karena salah satu ciri siddiqin adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam: “Barangsiapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus.” (Al-Baqarah: 101)
5. Sering mentadaburi ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasulullah saw. mengenai sifat sidiq. Karena mentadaburi ayat dan hadits juga merupakan cara tersendiri yang sangat membekas dalam jiwa manusia.
6. Senantiasa membuka-buka lembaran-lembaran sejarah kehidupan salafu shalih, terutama pada sikap-sikap mereka yang menunjukkan kesiddiqannya.
7. Memperbanyak dzikir dan amalan-amalan sunnah. Karena dengan hal-hal tersebut akan menjadikan hati tenang dan tentram. Hati yang seperti ini akan mudah dihiasi sifat sidiq.
Yang kita hawatirkan adalah munculnya sifat kadzib, sebagai lawan dari sidiq dalam jiwa kita. Karena tabiat hati, jika tidak dihiasi dengan sifat yang positif, maka ia akan terisi dengan sifat negatifnya. Oleh karena itulah, mari kita menjaga hati dengan menjauhi sifat munafiq dan kedustaan, yang dapat menjauhkan kita dari sifat sidiq.
SUAMI SHOLIHAH
1. Suami yang taat dalam melaksanakan perintah serta meninggalkan larangan Allah dan RasulNya dan dapat pula membimbing isterinya
2. Suami yang bijak dalam memimpin rumah tangganya dan melaksanakan tugas dengan penuh amanah serta bertanggungjawab.
3. Suami yang sedia memberikan nasihat, bimbingan , dorongan , didikan dan ajaran dalam melaksanakan tugas serta tanggungjawab rumah tangga dan juga terhadap Allah S.W.T.
4. Suami yang bijak dalam menyelesaikan permasalahan isteri yang timbul bersama tetangga atau sebagainya.
5. Suami yang dapat memberikan perhatian dalaam hal keselamatan, kebajikan dan kesehatannya.
6. Suami yang dapat menyediakan tempat tinggal, pakaian dan makanan yang sempurna sesuai kemampuannya
7. Suami yang penyabar dan tidak mengggunakan kekerasan dalam menyelesaikan sesuatu masalah atau untuk mendapatkan sesuatu.
8. Suami yang tidak cemburu buta tanpa asas terhadap isterinya yang mana boleh merusak keutuhan rumah tangga mereka.
9. Sentiasa memberikan kasih sayang, dan pergaulan yang baik terhadap isterinya.
10. Suami yang sentiasa menjaga rahasia isterinya dan tidak diberitahukan kepada orang lain.
11. Suami yang ikhlas dan jujur serta dapat menepati janji terhadap isteri dan anak-anak.
12. Suami yang menjauhkan diri dari perbuatan maksiat seeprti meminum minuman keras, berjudi, berzina, menipu, mencuri dan sebagainya.
13. Suami yang dapat memberikan penjagaan dan perhatian yang baik terhadap isterinya. Penjagaan ini meliputi semua hal termasuk kehormatannya.
14. Suami yang bijak memahami perasaan dan hati isteri dengan perbuatan atau perkataan, jangan biarkan dirinya dalam keadaaan bersedih.
15. Suami yang sentiasa mengutamakan kebersihan diri, zahir dan batin.
16. Suami yang menahan dirinya dari bergaul secara bebas dengan wanita lain.
17. Suami yang dapat menyelidiki secara cermat dan teliti segala hal yang disampaikan oleh orang lain yang berkaitan dengan isterI.
2. Suami yang bijak dalam memimpin rumah tangganya dan melaksanakan tugas dengan penuh amanah serta bertanggungjawab.
3. Suami yang sedia memberikan nasihat, bimbingan , dorongan , didikan dan ajaran dalam melaksanakan tugas serta tanggungjawab rumah tangga dan juga terhadap Allah S.W.T.
4. Suami yang bijak dalam menyelesaikan permasalahan isteri yang timbul bersama tetangga atau sebagainya.
5. Suami yang dapat memberikan perhatian dalaam hal keselamatan, kebajikan dan kesehatannya.
6. Suami yang dapat menyediakan tempat tinggal, pakaian dan makanan yang sempurna sesuai kemampuannya
7. Suami yang penyabar dan tidak mengggunakan kekerasan dalam menyelesaikan sesuatu masalah atau untuk mendapatkan sesuatu.
8. Suami yang tidak cemburu buta tanpa asas terhadap isterinya yang mana boleh merusak keutuhan rumah tangga mereka.
9. Sentiasa memberikan kasih sayang, dan pergaulan yang baik terhadap isterinya.
10. Suami yang sentiasa menjaga rahasia isterinya dan tidak diberitahukan kepada orang lain.
11. Suami yang ikhlas dan jujur serta dapat menepati janji terhadap isteri dan anak-anak.
12. Suami yang menjauhkan diri dari perbuatan maksiat seeprti meminum minuman keras, berjudi, berzina, menipu, mencuri dan sebagainya.
13. Suami yang dapat memberikan penjagaan dan perhatian yang baik terhadap isterinya. Penjagaan ini meliputi semua hal termasuk kehormatannya.
14. Suami yang bijak memahami perasaan dan hati isteri dengan perbuatan atau perkataan, jangan biarkan dirinya dalam keadaaan bersedih.
15. Suami yang sentiasa mengutamakan kebersihan diri, zahir dan batin.
16. Suami yang menahan dirinya dari bergaul secara bebas dengan wanita lain.
17. Suami yang dapat menyelidiki secara cermat dan teliti segala hal yang disampaikan oleh orang lain yang berkaitan dengan isterI.
Wednesday, April 4, 2012
Istri yang sholehah BGT
1. Isteri yang tidak akan meminta apa-apa dari suaminya sekalipun yang perlu (dharuri). Apa yang disediakan oleh suaminya, diterima dengan penuh malu dan bersyukur. Kalau ada, adalah. Kalau tidak ada, dia bersabar, tetapi tidak meminta. Apalagi yang tidak perlu, kalau diberi pun dia tolak bahkan adakalanya yang perlu pun dia tolak dengan baik. Dia lebih suka menolong suaminya. Inilah isteri yang bersitat SIDDIQIN. Golongan ini susah dicari terutama di akhir zaman ini. Ini adalah wanita yang luar biasa.
2. Isteri yang tidak meminta dari suaminya kecuali yang perlu saja. Yang tidak perlu dia tidak akan meminta bahkan kalau suaminya memberi yang tidak perlu dia tolak dengan baik. Tetapi kalau yang diperlukan pun tidak ada, dia tetap sabar. Namun dia tidak akan mendesak suaminya. Dia tetap bersabar dengan keadaan itu. Inilah isteri yang bersifat MUQARROBIN. Golongan ini juga sukar untuk dicari di zaman kebendaan ini, zaman manusia memburu dunia, di zaman orang memandang dunia adalah segala-galanya.
3. Isteri yang meminta kepada suaminya yang perlu dan sekali-sekali meminta juga yang tidak perlu seperti ingin sedikit kehidupan yang lebih baik (makan minum, tempat tinggal, kendaraan). Namun kalau suaminya tidak memberi, dia tetap sabar dan tidak pula menjadi masalah. Inilah isteri yang SHOLEHAH lebih mudah dicapai tetapi tetap memerlukan pengorbanan perasaan yang tinggi dan hati yang lebih mencintai ALLAH dan Akhirat daripada kehidupan di dunia yang sementara ini.
4. Isteri yang selalu saja meminta, bukan saja yang perlu, yang tidak perlu pun dia suka meminta-minta. Kalau diberi pun tidak pemah puas, tidak pernah merasa cukup. Sudah mewah pun masih merasa tidak cukup. Kalau tidak diberi, akan menjadi masalah dan dia akan cemberut, marah-marah, sakit hati, merajuk hingga menjadi masalah dalam rumah tangga. Inilah isteri yang fasik. Sikap tindakannya, percakapannya selalu saja menyusahkan suaminya. Akhirnya krisis rumah tangga tidak pernah berhenti, senantiasa bergolak. Lama kelamaan bercerai suami isteri. Kalau pun tidak bercerai, itu hanya karena hendak menjaga muka, tetapi apalah arti rumah tangga yang seperti ini. Ia ibarat neraka dunia.
Pandanglah suami sbg sosok ideal
Menurut sebuah studi, pasangan suami istri yang mengidealkan pasangannya saat menikah dan selalu melihat kualitas tersebut dalam diri pasangannya memiliki kemungkinan untuk mempertahankan kebahagiaan pernikahannya setidaknya hingga 3 tahun ke depan.
Studi yang dipublikasikan dalam Psychological Science ini mengikutsertakan sekitar 193 pasangan baru menikah. Kebanyakan partisipan berusia pertengahan hingga akhir 20an. Para partisipan diminta mengisi lembaran survei di awal pernikahan dan kembali mengisi setiap 6 bulan hingga usia pernikahan mereka mencapai 3 tahun.
Survei tersebut meminta mereka menggambarkan diri sendiri dan pasangannya, merating karakteristik positif (baik, lucu, pengertian, atau hangat) beserta kelemahan diri (malas, kritis, moody, sulit diajak bicara, atau kekanak-kanakan). Kemudian diminta untuk merating pasangan idealnya dalam skala yang sama. Para pasangan ini kemudian mengisi beberapa survei lain yang mengukur kepuasan, kepercayaan diri, depresi, temperamen, dan kedekatan.
Dilaporkan oleh para peneliti, penilaian diri berdasarkan kenyataan. Cara kita menilai diri sendiri umumnya cukup akurat. Sementara cara kita menilai orang lain, menurut para peneliti, umumnya berdasarkan harapan. Berbekal hal tersebut, peneliti mencoba melihat penilaian dari masing-masing pasangan.
Contoh, pasangan ideal dari pria A adalah seseorang yang lucu dan hangat, dan ia akan memilih melihat istrinya yang baru ia nikahi, B, seperti itu, meski B menilai dirinya moody dan tidak hangat. Namun, para peneliti melihat, jika sebuah pasangan saling melihat satu sama lain dalam keadaan yang "ideal", pernikahan tersebut memiliki kemungkinan hubungan langgeng ketimbang pasangan yang tidak menilai pasangannya ideal. Mereka yang menilai pasangannya ideal sejak awal pernikahan memiliki hubungan pernikahan yang lebih bahagia dan memuaskan.
Menurut salah seorang peneliti, Sandra Murray, PhD, profesor psikologi di University of Buffalo, manusia bisa mengubah definisi untuk menyamakan apa yang dirinya ingin lihat terhadap dirinya sendiri atau bagaimana cara dirinya melihat orang lain.
Studi yang dipublikasikan dalam Psychological Science ini mengikutsertakan sekitar 193 pasangan baru menikah. Kebanyakan partisipan berusia pertengahan hingga akhir 20an. Para partisipan diminta mengisi lembaran survei di awal pernikahan dan kembali mengisi setiap 6 bulan hingga usia pernikahan mereka mencapai 3 tahun.
Survei tersebut meminta mereka menggambarkan diri sendiri dan pasangannya, merating karakteristik positif (baik, lucu, pengertian, atau hangat) beserta kelemahan diri (malas, kritis, moody, sulit diajak bicara, atau kekanak-kanakan). Kemudian diminta untuk merating pasangan idealnya dalam skala yang sama. Para pasangan ini kemudian mengisi beberapa survei lain yang mengukur kepuasan, kepercayaan diri, depresi, temperamen, dan kedekatan.
Dilaporkan oleh para peneliti, penilaian diri berdasarkan kenyataan. Cara kita menilai diri sendiri umumnya cukup akurat. Sementara cara kita menilai orang lain, menurut para peneliti, umumnya berdasarkan harapan. Berbekal hal tersebut, peneliti mencoba melihat penilaian dari masing-masing pasangan.
Contoh, pasangan ideal dari pria A adalah seseorang yang lucu dan hangat, dan ia akan memilih melihat istrinya yang baru ia nikahi, B, seperti itu, meski B menilai dirinya moody dan tidak hangat. Namun, para peneliti melihat, jika sebuah pasangan saling melihat satu sama lain dalam keadaan yang "ideal", pernikahan tersebut memiliki kemungkinan hubungan langgeng ketimbang pasangan yang tidak menilai pasangannya ideal. Mereka yang menilai pasangannya ideal sejak awal pernikahan memiliki hubungan pernikahan yang lebih bahagia dan memuaskan.
Menurut salah seorang peneliti, Sandra Murray, PhD, profesor psikologi di University of Buffalo, manusia bisa mengubah definisi untuk menyamakan apa yang dirinya ingin lihat terhadap dirinya sendiri atau bagaimana cara dirinya melihat orang lain.
Motivasi Menikah
Menurut konselor perkawinan dan keluarga ini, ada banyak hal yang memotivasi seseorang untuk melangsungkan pernikahan, antara lain:
- memperoleh kebahagiaan,
- merancang masa depan bersama,
- memiliki anak,
- hubungan seks,
- lepas dari rongrongan orang tua,
- status,
Sunday, April 1, 2012
Beberapa butir penting ttg istikhoroh
- Istikharah adalah memohon kepada Allah manakah yang terbaik dari urusan yang mesti dipilih salah satunya.
- Doa shalat Istikharah: “Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih”
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.”
- Istikhoroh dilakukan bukan dalam kondisi ragu-ragu dalam satu perkara karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua raka’at selain shalat fardhu”.
Keadaan ragu-ragu adalah keadaan di mana kita tidak memiliki satu pilihan apapun terhadap suatu perkara. Oleh karena itu, jika ada beberapa pilihan, hendaklah dipilih, lalu lakukanlah istikhoroh. Setelah istikhoroh, lakukanlah sesuai yang dipilih tadi. Jika memang pilihan itu baik, maka pasti Allah mudahkan. Jika itu jelek, maka nanti akan dipersulit
- Seusai shalat Istikharah tidak perlu menunggu mimpi atau bisikan dalam hati. Yang jadi pilihan dan sudah jadi tekad untuk dilakukan, maka itulah yang dilakukan. Terserah apa yang ia pilih tadi, mantap bagi hatinya atau pun tidak, maka itulah yang ia lakukan karena tidak dipersyaratkan dalam hadits bahwa ia harus mantap dalam hati.
- Tata cara shalat Istikharah: Memilih salah satu diantara pilihan-pilihan yang ada, shalat 2 rakaat, doa, kemudian lakukan pilihan di awal tadi.
- Istikharah dilakukan untuk segala urusan baik penting maupun sepele kecuali sesuatu yang wajib atau haram hukumnya.
- Kebanyakan orang memahami bahwa mesti muncul perasaan lapang dada untuk melakukan apa yang kita inginkan, setelah dilaksanakannya istikharah. Ini tidak ada dalilnya. Karena istikharah pada dasarnya adalah ‘memasrahkan’ urusan kepada Allah, termasuk ketika seseorang kurang senang dengan urusan tersebut (sepanjang ia sudah menetapkannya sebagai pilihan).
- Sebagian orang juga mengatakan bahwa berhasilnya istikharah adalah jika muncul perasaan ‘plong’ (yang diartikan persetujuan dari Allah) atau perasaan ‘mengganjal’ (yang diartikan ketidaksetujuan Allah). Ini juga tidak benar, maksudnya tidak harus.
- Dengan istikharah Allah akan memudahkan dan menyampaikan seseorang pada pilihannya (jika Allah memandang pilihan tersebut baik baginya) atau Allah memalingkan dan menjauhkan seseorang dari pilihannya (jika Allah memandang pilihan tersebut tidak baik baginya).
- Sesudah melakukan istikharah, sebaiknya seseorang langsung bergegas menunaikan pilihannya sambil ‘memasrahkan diri’ kepada Allah. Adapun jika seseorang mendapatkan mimpi yang benar, yang memberikan isyarat bahwa pilihannya itu benar, maka itu adalah karunia dan petunjuk yang datang dari Allah. Namun jika ia tidak mendapatkan mimpi, tidak selayaknya ia urung menunaikan pilihannya dengan alasan menunggu mimpi.
- Dalam kaitannya dengan menikah, seusai meminang, shalat Istikharah dilakukan untuk meminta ditetapkannya pilihan kepada calon yang baik, bukan untuk memutuskan jadi atau tidaknya menikah. Karena, asal dari pernikahan adalah dianjurkan.
- Tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan bahwa hasil dari shalat istikharah berupa sebuah mimpi. Sejumlah ulama di antaranya Imam An-Nawawi menyatakan bahwa pilihan akan diberikan kepada orang yang melaksanakan shalat tersebut adalah dengan dibukakan hatinya untuk menerima atau melakukan suatu hal. Tetapi pendapat ini ditentang oleh sejumlah ulama di antaranya Al-’Iz ibn Abdis-Salam, Al-’Iraqi dan Ibnu Hajar. Bahwasanya orang yang telah melaksanakan shalat istikharah hendaklah melaksanakan apa yang telah diazamkannya, baik hatinya menjadi terbuka maupun tidak.
Ibnu Az-Zamlakani berkata bahwa bila seseorang melaksanakan shalat istikharah dua rakaat karena sesuatu hal, maka hendaklah ia mengerjakan apa yang memungkinkan baginya, baik hatinya menjadi terbuka untuk melakukannya atau tidak. Karena sesungguhnya kebaikan ada pada apa yang dia lakukan meskipun hatinya tidak menjadi terbuka. Beliau berpendapat demikian karena dalam hadits Jabir tidak dijelaskan adanya hal tersebut. Untuk lebih jelasnya masalah ini silahkan rujuk kitab Thabaqat Asy-Syafi’iyah oleh Ibnu As-Subki pada jilid 9 halaman 206.
Sedangkan hadis Anas bin Malik yang dijadikan landasan oleh Imam An-Nawawi didhaifkan oleh sejumlah ulama, sebagaimana disebutkan di dalam kitab penjelasan shahih Bukhari, yaitu kitab Fathul Bari jilid 11 halaman 187.
- Shalat istikharah itu bukan shalat yang melepaskan diri kita dari segala bentuk pertimbangan manusiawi. Seolah-olah kita hanya memejamkan mata, biar Allah SWT saja yang memilihkan. Lalu hasil pilihan Allah SWT akan diwahyukan lewat mimpi. Tidak!! Tidak demikian.
Sebab mimpi itu bisa bersumber dari ilham, akan tetapi seringkali juga datang dari syetan. Dan seseorang tidak pernah bisa memastikan, dari mana datangnya mimpi itu. Maka pertimbangan nalar dan logika harus lebih didahulukan, sebagai Rasulullah SAW telah mengajarkannya.
- Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar menyatakan hendaklah orang tersebut memilih sesuai dengan pilihan hatinya. Maksudnya, hatinya menjadi condong terhadap suatu pilihan setelah sholat.
Tetapi pendapat tersebut kurang disetujui oleh sejumlah ulama lainnya. Berhubung hadits yang menjadi rujukan dianggap hadits yang lemah secara periwayatan. - Indikator jawaban shalat istikharah, bila pilihan tersebut adalah pilihan yang terbaik, maka Allah akan memudahkannya bagi orang tersebut dan akan memberkahinya. Tetapi jika hal tersebut adalah sebaliknya maka Allah akan memalingkannya dan memudahkan orang tersebut kepada kebaikan dengan idzin-Nya. Demikian disebutkan dalam kitab Bughyatul Mutathowwi’ Fi Sholat At-Tathowwu’ halaman 105.
- Sangat tidak patut dan kurang adab kepada Rabbul 'Alamin, apabila setelah mengerjakan istikharah, kita masih terus saja menunggu nunggu kemantapan hati dengan menunda nunda pekerjaan padahal kita telah menyerahkan pilihan dan ketentuannya kepada Rabbul 'alamin!
Pantaskah kita berada di dalam keraguan setelah kita menyerahkan pilihan dan ketentuannya kepada Allah Tabaaraka wa Ta'alaa??
Adapun yang biasa beredar dari mulut ke mulut di masyarakat - dan dikatakan oleh sebagian ulama seperti An Nawawi di kitabnya Al Adzkar - bahwa setelah shalat istikharah akan datang kemantapan hati, pada hakikatnya tidak ada asalnya, karena Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam hadits di atas tidak mensyaratkan kemantapan atau kesenangan hati. Demikian juga yang biasa beredar di masyarakat, bahwa setelah shalat istikharah akan datang mimpi yang menetapkan pilihannya, lebih tidak ada asalnya lagi dari Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam."
- Tidak ada keterangan bahwa seeorang apabila sudah sholat akan bermimpi, melihat sesuatu, atau lapang dadanya. Ini semua adalah dusta belaka yang tidak berlandaskan dalil.
konsultasi jawaban
Setelah melakukan Shalat Istikharah, maka dianjurkan berkonsultasi dengan seseorang yang bijak dan memperkirakan situasi dan permasalahan yang dihadapi juga dampaknya terhadap deen (agama) dan dunya (dunia). Lalu harus memilih diantara beberapa pilihan itu, mana yang diperkirakan lebih bermanfaat, kemudian yakinlah terhadap Allah bahwa Allah akan memberkati pilihan yang kita ambil dan mempermudahkan jalan bagi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan, seandainya itu yang terbaik untuk kita. Atau Allah akan menempatkan rintangan/hambatan di jalan hidup kita dengan tujuan agar kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Dengan kata lain, kita harus puas atas apa yang akan terjadi, apapun itu dan berharap Allah akan memberikan balasan untuk kita di akhirat kelak. Yang perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah tidaklah memutuskan sesuatu terkecuali Dia Maha Mengetahui mana yang terbaik bagi hambaNya, meskipun terkadang kita mengira sesuatu itu tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Subhaanallah. Manusia hanya mengetahui sedikit jika dibandingkan dengan luasnya ilmu Allah.
Jika seseorang mencari petunjuk dari Allah melalui Shalat Istikharah tidak akan pernah kecewa, dikarenakan Allah membimbing dia apa yang menurutNya baik, terkecuali bagi mereka yang melanggar hak-hak Allah; mereka tidak perlu menyalahkan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri. Hal ini tercantum dalam Hadits: "Yakinlah pada Allah maka Dia akan menjagamu."
Jawaban istikharah
Tidak ada dalil yang menunjukkan tanda-tanda jawaban dari shalat istikharah. Ini memperkuat uraian di atas bahwa yang memilih adalah kita, bukan Allah memilihkan kita, tetapi kita berdoa agar Allah memberikan kekuatan kita dalam memilih.
Ulama besar Syafii, Iz bin Abdussalam mengatakan setelah istikharah seorang hamba hendaknya mengambil keputusan yang diyakininya dengan pasti. Ulama lain Kamaluddin Zamlakani mengatakan selesai shalat istikharah hendaknya seseorang mengambil keputusan yang sesuai keyakinannya, baik itu sesuai dengan bisikan hatinya atau tidak, karena kebaikan adalah pada apa yang ia yakini, bukan dari apa yang cocok di hatinya. Bisikan hati kadang dipengaruhi oleh perasaan subyektif dan tidak ada dalil yang menyatakan seperti itu. Imam Qurtubi juga mengatakan hal yang sama dan menambahkan hendaknya hatinya dibersihkan dari hal-hal yang mempengaruhinya. Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa sebaiknya tidak mengikuti kecenderungan hati karena biasanya itu dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan shalat istkharah.
Itu benar, misalnya seseorang yang sudah dirundung rasa cinta mendalam terhadap seseorang, mana mungkin ketika dia istikharah akan mendapatkan jawaban untuk tidak memilihnya.
Setelah memilih dengan analisa dan pertimbangannya yang matang, hendaknya juga diikuti sikap tawakkal, bahwa itu mudah-mudahan pilihan yang tepat dan mudah-mudahan Allah akan memudahkan semuanya.
Banyak orang menanti jawaban istikharah melalui mimpi, atau melalui membuka Quran secara acak lalu mencoba mencari jawabannya melalui ayat yang tak sengaja terbuka, atau dengan butiran-butiran tasbih dan lain-lain. Itu semua tidak mempunyai landasan dalil dan hadist.
[ … Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya ]
AL-BAQARAH :233
Atas dasar ayat inilah para suami yang merupakan qowwam berkewajiban dan bertanggung jawab menafkahi keluarganya dengan cara yang makruf..
Lalu apakah kesiapan akan hal tersebut harus sudah ada pada diri ikhwan setelah seorang ikhwan(laki-laki) menyandang predikat sebagai seorang suami / ayah ataukah sebelumnya?
Setelah NIAT, ILMU dan MENTAL untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah dimiliki ,ternyata seorang lelaki yang telah memutuskan siap untuk mengarungi biduk rumah tangga ( menikah ) sebaiknya harus memilki mental tambahan,,yaitu “ mental survive dan pantang menyerah” untuk mencari ma’isyah, itulah yang dimaksud dengan kesiapan bermateri bukankesiapan materi" seperti dalam sebuah cerpen yang saya baca di note fesbuk dengan judul Pengaman Pernikahan (Pra – Nikah )[silahkan di klik tulisan judulnya kalo mau baca lengkapnya]
mengapa kesiapan bermateri?? karena bila membicarakan masalah kesiapan materi, maka saat itu kita tengah membicarakan tentang materi, yang tentu saja bersifat eksternal. Berbeda apabila kita tengah berbicara kesiapan bermateri, maka yang tengah kita bicarakan ialah masalah mental. Ranahnya masuk pada hal yang bersifat internal”begitulah sepenggal kalimat yang saya baca dan saya pahami
namun sebagian masyarakat saat ini selalu beranggapan bahwa lelaki yang dikatakan sanggup menikah adalah wajib memilki materi,walaupun berupa pemberian dari orang tuanya tidak menjadi masalah bagi mereka, apakah itu berupa perusahaan, rumah,tabungan,kendaraan,,bla - bla.. karena materi - materi tersebut merupakan jaminan kebahagiaan kehidupan mereka..
jadi bagaimana ini?? bagi para ikhwan yang belum memiliki materi yang termasuk kategori cukup jangan khawatir karena wanita muslimah akan lebih memilih lelaki muslim yang memiliki kesiapan bermateri bukan kesiapan materi..
tidak masalah bila memang seorang ikhwan sudah memiliki materi seperti yang disebutkan tadi,namun tetap harus memiliki mental survive dan gak mudah menyerah karena mental tersebut merupakan modal yang sangat penting.. hal tersebut bisa dilihat dari kegigihan seorang ikhwan dalam ikhtiarnya mencari ma'isyah,. bukan ikhwan yang malas dan berpasrah diri sebelum berusaha..
dan tugas istri selalu lah menjadi penyemangat bagi suami dalam mencari nafkah,,
karena sang suami telah bekerja,berpeluh dari pagi hingga sore,bahkan mungkin malam untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,.
karena sang suami telah bekerja,berpeluh dari pagi hingga sore,bahkan mungkin malam untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,.
namun tentu dalam mencari nafkah janganlah terlalu berlebihan (workaholic ) atau gila kerja sampai lembur hingga larut malam setiap harinya, sehingga bertemu keluarga pun menjadi sangat jarang sekali,, padahal keluarga tidak hanya membutuhkan nafkah yang deberi berupa harta namun juga dibutuhkan kehadiran sang ayah atau suami ditengah - tengah mereka,,
dan sebagai seorang istri juga memiliki tugas untuk menjaga harta suami dan juga memeliharanya agar harta yang telah diperoleh melalui keringat,darah dan airmata(lebay ya..hhe) tidak menjadi sia - sia, ada istri yang siap menjaga tanpa bayaran.. ^^V
dari semua yang telah diuraikan mengenai ma'isyah.. tetap taqwa lah yang menjadi urutan pertama dalam menentukan kriteria calon suami atau istri..
berikut cuplikan yang saya tulik dari cerpen di atas [ Tumbuh keyakinan dihatinya bahwa dengan Ketaqwaan berarti pasanganku akan selalu menjaga Allah dengan menjaga amalan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Disebabkan pasanganku telah menjaga Allah, maka aku yakin Allah pun akan menjaganya.Tercipta kemantapan batinnya, bahwa dengan ketaqwaan maka pasanganku akan selamat dari sifat kemunafikan. Insya Allah perkataannya bukanlah dusta ] ..jurus jitu buat menumbuhkan sikap saling percaya terhadap pasangan,, insya Allah
Subscribe to:
Posts (Atom)