Saturday, March 10, 2012

Pendidikan Islam


I. Pendahuluan
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selam kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. 
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)
Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.
Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
II. Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja. 
Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan. 
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.  
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.
III. Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.
Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:
1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28
2. Disiplin dalam tanggung jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.
3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan
Setiap kita dituntut untuk memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat tertentu, memerankan fungsi mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman. Demikiannya semua peran digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.

Islam liberal

1. Apa itu Islam liberal?

Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan landasan sebagai berikut:
a. Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam.
Islam Liberal percaya bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks keislaman adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan dalam segala cuaca. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau secara keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam Liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), dan ilahiyyat (teologi).
b. Mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks.
Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam Liberal adalah upaya menafsirkan Islam berdasarkan semangat religio-etik Qur’an dan Sunnah Nabi, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Dengan penafsiran yang berdasarkan semangat religio-etik, Islam akan hidup dan berkembang secara kreatif menjadi bagian dari peradaban kemanusiaan universal.
c. Mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural.
Islam Liberal mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran (dalam penafsiran keagamaan) sebagai sesuatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang terkungkung oleh konteks tertentu; terbuka, sebab setiap bentuk penafsiran mengandung kemungkinan salah, selain kemungkinan benar; plural, sebab penafsiran keagamaan, dalam satu dan lain cara, adalah cerminan dari kebutuhan seorang penafsir di suatu masa dan ruang yang terus berubah-ubah.
d. Memihak pada yang minoritas dan tertindas.
Islam Liberal berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang mengawetkan praktek ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas di sini dipahami dalam maknanya yang luas, mencakup minoritas agama, etnik, ras, jender, budaya, politik, dan ekonomi.
e. Meyakini kebebasan beragama.
Islam Liberal meyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. Islam Liberal tidak membenarkan penganiayaan (persekusi) atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan.
f. Memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik.
Islam Liberal yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Islam Liberal menentang negara agama (teokrasi). Islam Liberal yakin bahwa bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat, dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus.
2. Mengapa disebut Islam Liberal?
Nama “Islam liberal” menggambarkan prinsip-prinsip yang kami anut, yaitu Islam yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. “Liberal” di sini bermakna dua: kebebasan dan pembebasan. Kami percaya bahwa Islam selalu dilekati kata sifat, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirnya. Kami memilih satu jenis tafsir, dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam, yaitu “liberal”. Untuk mewujudkan Islam Liberal, kami membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL).
3. Mengapa Jaringan Islam Liberal?
Tujuan utama kami adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat. Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik. JIL adalah wadah yang longgar untuk siapapun yang memiliki aspirasi dan kepedulian terhadap gagasan Islam Liberal.
4. Apa misi JIL?
Pertama, mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang kami anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak.
Kedua, mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari tekanan konservatisme. Kami yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat.
Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi.

Dakwah

Dakwah biasanya bererti mengajak kepada IslamBahasa Arab دعوة dakwah bermakna secara harfiah "menyeru" atau "mengajak", dijadikan participle aktif suatu verb bermakna secara pelbagai "memanggil, menjemput" (yang akar trikonsonantal adalah د ع و). Seorang umat Islam yang mengamalkandakwah, sama ada seorang pekerja agama atau dalam suatu usaha masyarakat sukarelawan, digelar suatu da'i, jamak du'at. Seorang da'i menjemput orang untuk memahami Islam melalui proses dialog, dan dapat dikategorikan dalam sesetengah kes sebagai persamaan Islam dengan suatu mubaligh.

Dalam Islam Awal

Dalam al-Quran, istilah dakwah mempunyai segi-segi lain. Dalam Surah 30 dalam al-Quran, ia bererti untuk memanggil yang meninggal untuk membangun dari makam pada Hari Pengadilan. Apabila digunakan dalam al-Quran ia pada umumnya dirujukkan pada jemputan Tuhan untuk hidup menurut keazamanNya. Oleh itu, apabila digunakan dalam abad-abad pertama Islam, ia menambahkan kandungan pesan dan kadang-kadang digunakan secara ditukarganti dengan sharī‘a dan dīn.
Dakwah juga dijelaskan sebagai tugas untuk "secara aktif menggalakkan umat Islam dalam penerusan kewarakan lebih kuat dalam semua aspek hidup mereka," suatu takrifan yang telah dijadikan pusat pada fikiran Islam sezaman.[1]

[sunting]Tujuan Dakwah

Dalam teologri Islam, tujuan Dakwah adalah untuk menjemput orang, yang Islam dan bukan Islam, untuk memahami penyembahan Tuhan seperti disebutkan dalam al-Quran, dan juga untuk memberitahu mereka berkaitan Muhammad.[2] Seperti diarahkan ke yang bukan Islam, ia terdiri dari menjelaskan Islam melalui tindakan, perbincangan dan dialog.
Uslub Dakwah
Uslub dakwah bermaksud ilmu tentang cara berdakwah dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dakwah dalam menarik golongan yang diseru kepada ajaran Islam
Sasaran Dakwah
Kaedah untuk menarik perhatian sasaran dakwah
1. Mempermudahkan dan kelonggaran yang diberikan
Masyarakat non Muslim diberi pilihan dengan tidak ada paksaan untuk menerima Islam. Mereka boleh menilai dengan melihat kepada keperluan fitrah semulajadi yang ada dalam diri mereka. Islam sentiasa membenarkan pendakwah mempermudahkan dan menarik alternatif bagi memberi kelonggaran dalam beberapa hal kepada non Muslim dan saudara baru memeluk Islam.
2. Dakwah bil hal
Setiap perilaku dan amalan harian para pendakwah dan umat Islam hendaklah mencerminkan kesucian Islam yang menjamin kesejahteraan dan ketenteraman sejagat. Setiap tindakan akan dilihat oleh masyarakat non Muslim untuk dinilai sebelum menerima Islam. Tingkah laku mestilah berasaskan nilai tauhid, mengikut syariat Islam serta berbentuk ajakan kepada kesempurnaan Islam.
3. Dakwah melalui pendidikan
Pendidikan Islam sendiri merupakan proses mendidik akal, jasmani, dan rohani manusia berasaskan nilai-nilai fitrah insaniah. Proses pendidkan Islam ini akan membina akhlak dan membawa kepada kehidupan yang sempurna. Dakwah secara ini perlu merujuk kepada cara dakwah Rasulullah S.A.W semasa di peringkat awal Islam yang lebih memberi penekanan kepada psikologi, rohani dan perasaan.
4. Dakwah melalui pergaulan
Islam telah menggesa kepada umat Islam umumnya dan para pendakwah khususnya supaya mewujudkan suasana pergaulan yang baik dan menunjukkan jalan yang lurus kepada masyarakat yang belum Islam atau non Muslim. Para pendakwah harus mengenali latar belakang masyarakat yang hendak diseru itu terlebih dahulu supaya dapat melicinkan pergaulan dan proses bermuamalah dengan mereka.
5. Dakwah melalui ziarah
Ziarah merupakan satu usaha mendampingkan diri dengan non Muslim yang digalakkan oleh Islam terutama di waktu-waktu yang diperlukan seperti apabila mereka sakit, bermasalah, mahukan pertolongan dan seumpamanya. Ziarah boleh melapangkan dada mereka dan memberi ketenangan.

Friday, March 9, 2012

‎12 ( DUA BELAS ) PETUNJUK MENGUATKAN IMAN


1: Akrab dengan Al Qur'an
Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai kekuatan iman adalah:

Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat.
Ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah.
Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an sebagai ukuran kebenaran. - Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir, munafik dan musuh Islam lainnya.

2: Mempelajari Kisah Para Nabi ,
Dasar: Al Qur'an Surat Hud ayat 120

"Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman."

3: Berdo'a Diantara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam surah Ali Imron ayat 8,
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada Kami rahmad dari sisiMu, sesungguhNya Engkau Maha Pemberi

3:Dzikir kepada Allah
Dasarnya adalah Surat Al Anfal ayat 45 "Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya."

4:Menempuh Jalan Lurus
Allah berfirman: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)

5: Berpuasa
Dalam ibadah puasa ada aturan-aturan yang mendorong untuk meninggalkan perbuatan maksiyat yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan aturan -aturan tersebut bisa melatih dan membiasakan diri menjaga iman dengan meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh agama ,dan terbiasa pula dilakukan diluar ibadah puasa sehingga semakin terpupuk iman dan taqwa kepada Allah.

6: Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah. Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul-bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.

7: Dekat dengan Ulama
Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama.

8: Meyakini Pertolongan Allah
Firman Allah dalam Surah Ali Imron ayat 146-148 " Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala dunia dan pahala yang baik di akherat."

9: Mengetahui Hakekat Kebatilan
"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)
Dariayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.

10: Memiliki Akhlak Pendukung yaitu sabar
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai kekuatan iman.

11: Nasehat Orang Shalih
Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka.

12: Merenungi Nikmatnya Surga
Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga.
Demikian, mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan sehingga Allah menjadikan kita khusnul
khatimah. Amin.

Pengertian Khilafah


 Khilafah berasal dari kata khalafa (bentuk mashdar).
          Ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan makna khilaafah.Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam sudut pandang terhadap makna Khilafah itu sendiri. Ini adalah beberapa definisi Khilafah menurut sudut pandang mereka masing-masing:

·           Musthofa Shabariy (Syaikhul Islam pada Daulah ‘Utsmaniyyah)
Menurut beliau, Khilafah adalah, “Pengganti dari Rasulullah SAW dalam melaksanakan syari’at Islam”.

·           Imam Badhawiy
Khilafah adalah, “Pribadi yang menggantikan Rasulullah SAW dalam menegakkan syari’at Islam, menjaga agama, dimana ia wajib ditaati oleh seluruh kaum muslimin (ummat)”.

·           Imam Kamal bin Himaam
Khilafah adalah, “Orang yang berhak mengatur urusan seluruh kaum muslimin”.

·           Al-Qalqasyandiy
Khilafah adalah, “Kekuasaan umum atas seluruh ummat”.

·           Imam ‘Adhdhi Ad-Diin Al-Aijiiy
Khilafah adalah, “Kepemimpinan umum pada perkara dunia dan akherat yang dimiliki seseorang. Khilafah Ar-Rasuul harus menegakkan agama dan menjaga agama yang dimana ia wajib ditaati oleh seluruh kaum muslimin”.

·           Sebagian ‘Ulama Syafi’iyyah
Khilafah adalah, “Imam ‘Adzam (Pemimpin Agung) yang mengganti posisi Rasul dalam menjaga agama dan mengatur kehidupan dunia”.

·           Imam Al-Mawardiy
Khilafah adalah, “Imamah yang diposisikan untuk Khilafah Nubuwwah dalam hal menjaga agama dan urusan dunia”.

·           Ibnu Khaldun
Khilafah adalah, “Wakil dari Allah SWT dalam menjaga gama dan urusan dunia”.

·           Syaikh Al-Islaam Ibraahim Al-Baijuriy
Khilafah adalah, “Wakil Nabi SAW untuk mengatur kemashlahatan kaum muslimin”.

·           Dr. ‘Abdul Majid Al-Khalidiy
Khilafah adalah, “Khilafah harus sejalan dengan tujuan disyari’atkannya kewajiban menegakkan Daulah atas kaum muslimin”.

Jadi, definisi Khilafah yang lebih tepat adalah, “Kepemimpinan Umum bagi seluruh kaum muslimin di kehidupan dunia, untuk menegakkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islamiyyah ke seluruh penjuru alam”.

Pengertian Syariah


Kata syariah yang sering kita dengar adalah pengindonesiaan dari kata Arab, yaknias-Syarî’ah al-Islâmiyyah. Karena asalnya dari kata Arab maka pengertiannya harus kita pahami sesuai dengan pengertian orang-orang Arab sebagai pemilik bahasa itu. Tentu tidak boleh kita pahami menurut selera orang Indonesia. Karena yang lebih mengetahui pengertian bahasa itu adalah pemilik bahasa itu sendiri. Jadi orang non arab untuk memahami istilah syariah itu harus merujuk kepada pengertian orang arab.
Menurut Ibn al-Manzhur yang telah mengumpulkan pengertian dari ungkapan dalam bahasa arab asli dalam bukunya Lisân al’Arab .[1] secara bahasa syariah itu punya beberapa arti. Diantara artinya adalah masyra’ah al-mâ’ (sumber air). Hanya saja sumbr air tidak mereka sebut syarî’ah kecuali sumber itu airnya sangat berlimpah dan tidak habis-habis (kering). Kata syarî’ah itu asalnya dari kata kerja syara’a. kata ini menurut ar-Razi dalam bukunya Mukhtâr-us Shihah,[2] bisa berarti nahaja(menempuh), awdhaha (menjelaskan) dan bayyan-al masâlik (menunjukkan jalan).Sedangkan ungkapan syara’a lahum – yasyra’u – syar’an artinya adalah sanna(menetapkan). Sedang menurut Al-Jurjani, syarî’ah bisa juga artnya mazhab dantharîqah mustaqîmah /jalan yang lurus.[3] Jadi arti kata syarî’ah secara bahasa banyak artinya. Ungkapan syari’ah Islamiyyah yang kita bicarakan maksudnya bukanlah semua arti secara bahasa itu.
Suatu istilah, sering dipakai untuk menyebut pengertian tertentu yang berbeda dari arti bahasanya. Lalu arti baru itu biasa dipakai dan mentradisi. Akhirnya setiap kali disebut istilah itu, ia langsung dipahami dengan arti baru yang berbeda dengan arti bahasanya. Contohnya kata shalat, secara bahasa artinya doa. Kemudian syariat menggunakan istilah shalat untuk menyebut serangkaian aktivitas mulai dari takbirat-ul ihram dan diakhiri salam, atau shalat yang kita kenal. Maka setiap disebut kata shalat, langsung kita pahami dengan aktivitas shalat, bukan lagi kita pahami sebagai doa.
Kata syarî’ah juga seperti itu, para ulama akhirnya menggunakan istilah syarîahdengan arti selain arti bahasanya, lalu mentradisi. Maka setiap disebut kata syarî’ah, langsung dipahami dengan artinya secara tradisi itu. Imam al-Qurthubi menyebut bahwa syarî’ah artinya adalah agama yang ditetapkan oleh Allah Swt untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan.[4] Hukum dan ketentuan Allah itu disebut syariat karena memiliki kesamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Makanya menurut Ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan agama.[5]
Pengertian syariat Islam bisa kita peroleh dengan menggabungkan pengertian syariat dan Islam. Untuk kata Islam, secara bahasa artinya inqiyâd (tunduk) dan istislâm li Allah (berserah diri kepada Alah). Hanya saja al-Quran menggunakan kata Islam untuk menyebut agama yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad saw.Firman Allah menyatakan :
] الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا [
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu(TQS. al-Mâ’idah [05]: 3)

Pengertian Bai'at



Bai’at Secara Bahasa (Etimologi)
Baiat secara bahasa (Etimologi) adalah berjabat tangan atas terjadinya jual beli, dan untuk berjanji setia dan taat. Baiat juga mempunyai arti : janji setia dan taat. Dan kalimat "qad tabaa ya'uu 'ala al-amri" seperti ucapanmu (mereka saling berjanji atas sesuatu perkara). Dan mempunyai arti : "shafaquu 'alaihi" (membuat perjanjian dengannya). Kata-kata "baaya'atahu" berasal dari kata "al-baiy'u" dan "al-baiy'ah" demikian pula kata "al-tabaaya'u".
Dalam suatu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

'ala tubaa yi'uunii 'ala al-islami'
"Maukah kalian membaiatku di atas Islam"

Hadits di atas seperti suatu ungkapan dari suatu perjanjian. seakan-akan masing-masing dari keduanya menjual apa yang ada padanya dari saudaranya dengan memberikan ketulusan jiwa, ketaatan dan rahasianya kepada orang tersebut. Dan telah berulang-ulang penyebutan kata baiat di dalam hadits.

Bai'at Secara Istilah (Terminologi)
Bai'at Secara Istilah (Terminologi) adalah "Berjanji untuk taat".Seakan-akan orang yang berbaiat memberikan perjanjian kepada amir (pimpinan)nya untuk menerima pandangan tentang masalah dirinya dan urusan-urusan kaum muslimin, tidak akan menentang sedikitpun dan selalu mentaatinya untuk melaksanakan perintah yang dibebankan atasnya baik dalam keadaan suka atau terpaksa.
Jika membaiat seorang amir dan mengikat tali perjanjian, maka manusia meletakkan tangantangan mereka pada tangannya (amir) sebagai penguat perjanjian, sehingga menyerupai perbuatan penjual dan pembeli, maka dinamakanlah baiat yaitu isim masdar dari kata baa 'a, dan jadilah baiat secara bahasa dan secara ketetapan syari'at. Dan ba'iat itu secara syar'i maupun kebiasaan tidaklah diberikan kecuali kepada amirul mukminin dan khalifah kaum muslimin. Karena orang yang meneliti dengan cermat kenyataan yang ada baiat masyarakat kepada kepala negaranya, dia akan mendapati bahwa baiat itu terjadi untuk kepala negara.Dan pokok dari pembaiatan hendaknya setelah ada musyawarah dari sebagian besar kaum muslimin dan menurut pemilihan ahlul halli wal 'aqdi. Sedang baiat selainnya tidak dianggap sah kecuali jika mengikuti baiat mereka.

Thursday, March 8, 2012

Cara mengenal................................

Untuk mengenali lelaki soleh, boleh lihat kepada 16 ciri-ciri berikut :

1. Seorang yang taat kepada Allah dan Rasul-NYa
2. Jihad fisabilillah di jadikan matlamat hidupnya
3. Mati syahid adalah cita-cita hidupnya yang tertinggi
4. Bersabar ketika menghadapi ujian dan cabaran daripada Allah s.w.t
5. Ikhlas dalam beramal
6. Kampung akhirat menjadi tujuan utama hidupnya
7. Sangat takut kepada ujian Allah dan ancamanya
8. Selalu memohon ampun atas segala dosa-dosanya
9. Zuhud dengan dunia tetapi tidak meninggalkanya
10. Solat malam menjadi kebiasaanya
11. Tawakkal penuh kepada Allah Taala dan tidak mengeluh kecuali kepada Allah semata-mata
12. Selalu berinfak sama ada ketika dalam keadaan lapang mahupun sempit
13. Menerapkan nilai kasih sayang sesame mukmin dan ukhwah antara mereka
14. Sangat kuat amar makruf dan nahi mungkarnya, iaitu mengajak ke arah kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar.
15. Sangat kuat memegang amanah, janji dan rahsia
16. Seorang pemaaf dan berlapang dada dalam menghadapi kejahilan manusia, sentiasa saling mengingatkan antara sesama saudara dan tawaduk kepada Allah

Ciri-ciri ini bukan sahaja perlu diketahui oleh lelaki, malah perempuan juga perlu mengetahuinya untuk mereka mengenal seorang lelaki yang benar-benar SOLEH boleh dijadikan pilihan untuk menjadi pasangan hidup.

TIPS PERKAWINAN

TIPS PERKAHWINAN ^___^

1. KETIKA MENCARI CALON
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita. Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.

3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah di hadapan Allah.

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa’kan anda, kerana anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI kerana menyia-nyiakan do’a mereka.

5. KETIKA MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.

6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sedarilah bahawa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri.

7. KETIKA RUMAH TANGGA GOYANG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK
Cintailah isteri atau suami anda 100%

9. KETIKA TELAH MEMILIKI ANAK
Cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

10. KETIKA EKONOMI KELUARGA MERUDUM
Yakinlah bahawa pintu rezeki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri.

11 .KETIKA EKONOMI BERKEMBANG
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita.

12. KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggungjawab apabila isteri memerlukan pertolongan Anda.

13. KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemalai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

Wednesday, March 7, 2012

khususnya bagi yang sudah menikah. Setidaknya, ada dua hal asasi yang harus dan seyogianya kita perhatikan :

1. Menjaga pandangan.
Dengan menikah, bukan berarti kita aman dari godaan hawa nafsu lawan jenis, namun justru godaan itu akan lebih besar ketika sudah menikah. Kawan semua tentu ingat, bahwa hal yang paling membuat senang Syaithan adalah ketika mereka mampu memisahkan antara pasangan suami dan istri. Kaitannya dengan facebook, saya merasa sedikit miris hati ketika melihat mereka yang sudah menikah justru memperlihatkan -maaf- foto2 pribadi mereka dengan close up. Wajah tampan, cantik, apalagi foto nikah yang memang sangat terlihat different. 

Kawan, apakah kita tidak merasa risih atau cemburu jika ada orang lain yang membicarakan ketampanan/kecantikan pasangan kita masing2? Harunsya kita mampu menjaga mereka hanya untuk kita. Berhias diri memang disunnahkan, namun hanya untuk tampil didepan pasangan kita, bukan untuk didisplay di public room seperti fb. Dimana 'athifiyyah (sensitivity) kita ketika kita justru bangga melihat kecantikan/ketampanan pasangan kita dipuji banyak orang lain? Bukankah seharusnya kita cemburu? Bukankah justu 'iffah itu lebih penting untuk kita pelihara setelah kita menikah? 

2. Menjaga perasaan bagi mereka yang belum menikah.
Menyatakan ekpresi rasa kasih sayang apa yang kita rasakan terhadap pasangan kita adalah wajar, justru dianjurkan oleh Islam. Tapi apakah harus dengan menampilkan semua status, 'sedang menunggu suami pulang', atau menampilkan foto2 mesra kita -sekali lagi- di public room seperti fb, sehingga orang akan menganggap bahwa kita live in harmony, full of love and romance? 

Kawan, tanpa disadari atau tidak, jangan2 kitalah yang menyebabkan kawan2 kita sendiri, (seislam, se-tarbiyah) menjadi pemuda-pemudi galau seperti yang sekarang melanda. Muslim muda yang lebih mendominasikan dalam dirinya hal-hal berbau galau ketimbang achieving d bright future. Jangan2, status2 romantisme kita dengan pasangan kita, foto2 mesra kita, yang membuat kawan2 kita sendiri mengkhayalkan hal-hal absurd tentang jodoh, atau bahkan wal'iyadzubillah, menjerumuskan mereka ke dalam hubungan tidak 'layak'. Jangan2, kita sendiri yang turut berkontibusi mencemplungkan mereka menjadi muda-mudi cengeng, padahal dalam satu waktu kita mencibir perbuatan mereka. 


Tuesday, March 6, 2012

macam-macam sedekah


Rasul saw. memberikan contoh—juga dalam hadis ke-25 sebelumnya—bermacam-macam kebaikan, yakni ketaatan yang bisa mendatangkan pahala seperti sedekah. Dari situ terlihat bahwa pintu-pintu kebaikan atau sedekah itu sangat luas dan beragam. Karena itu tidak alasan bagi siapapun untuk tidak bisa bersedekah, yaitu melakukan kebaikan dan ketaatan serta mendapatkan pahala seperti sedekah.
Di antara contoh yang disebutkan oleh Nabi saw.: Pertama, berlaku adil di antara manusia. Termasuk di dalamnya memutuskan perkara dan melakukan ishlah dengan adil di antara dua orang yang berselisih.
Kedua, membantu orang lain menaiki kendaraan atau mengangkatkan barangnya ke atas kendaraan. Ini mewakili bentuk kebaikan yang memberi manfaat kepada orang lain, membantunya dalam hal yang dibutuhkan, meringankan kesulitan, dsb. Termasuk di antaranya: menunjuki jalan, membantu memperbaiki sesuatu, memberi utang, membebaskan utang sebagian atau seluruhnya, memberi tangguh, menuntun orang buta atau orang tua, dsb.
Ketiga, dalam bentuk kata-kata yang baik. Termasuk di antaranya, mengucapkan salam, mendoakan, menasihati, amar makruf nahi mungkar, senyum, menampakkan wajah berseri, dan sebagainya.
Keempat, bentuk sedekah yang manfaatnya terbatas pada diri pelaku seperti, berjalan untuk shalat berjamaah, duduk di masjid menunggu shalat, membaca tahlil, takbir, tahmid, tasbih, istighfar, shalawat, membaca al-Quran, mendengarkan kajian, dan sebagainya. Begitu juga dua rakaat shalat dhuha yang dalam satu riwayat dikatakan oleh Nabi saw. bisa memenuhi sedekah untuk semua tulang/sendi pada hari itu.
Kelima, menjauhkan bahaya dari orang lain, seperti menghilangkan duri dari jalanan atau menjauhkan orang dari bahaya lisan dan tangan kita atau orang lain.
Dakwah dan perjuangan agar syariah diterapkan untuk mengatur kehidupan dan semua interaksi di masyarakat memiliki posisi sangat tinggi dalam hal ini. Sebab, penerapannya syariah menjadi kunci pelaksanaan kewajiban lainnya, menghalangi keharaman dan kemaksiatan, mewujudkan manfaat dan hak bagi tiap orang, serta menjauhkan bahaya dan kemadaratan dari individu dan umat. Karena itu, keterlibatan di dalam dakwah dan perjuangan penerapan syariah adalah termasuk bentuk syukur yang paling tinggi.

Followers