Wednesday, February 8, 2012

Nasihat, Teguran, dan Pelajaran

Nasihat, Teguran, dan Pelajaran

[1] Istighfar Palsu

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullah berkata, “Betapa banyak orang yang beristighfar namun dimurkai. Dan betapa banyak orang yang diam namun dirahmati.” Kemudian beliau menjelaskan,“Orang ini beristighfar akan tetapi hatinya diliputi kefajiran atau dosa. Adapun orang itu diam, namun hatinya senantiasa berdzikir.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, karya al-Khathib al-Baghdadi, Hal. 69)

[2] Niat Menimba Ilmu

Abu Abdillah Ar-Rudzabari rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang berangkat menimba ilmu sementara yang dia inginkan semata-mata ilmu, maka ilmunya tidak akan bermanfaat baginya. Dan barangsiapa yang berangkat menimba ilmu dalam rangka mengamalkan ilmu, niscaya ilmu yang sedikit pun akan bermanfaat baginya.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 71)

[3] Guru Terbaik

Yusuf bin Al-Husein menceritakan, Aku bertanya kepada Dzun Nun tatkala perpisahanku dengannya,“Kepada siapakah aku duduk/berteman dan belajar?”. Beliau menjawab, “Hendaknya kamu duduk bersama orang yang dengan melihatnya akan mengingatkan dirimu kepada Allah. Kamu memiliki rasa segan kepadanya di dalam hatimu. Orang yang pembicaraannya bisa menambah ilmumu. Orang yang tingkah lakunya membuatmu semakin zuhud kepada dunia. Bahkan, kamu pun tidak mau bermaksiat kepada Allah selama kamu sedang berada di sisinya. Dia memberikan nasihat kepadamu dengan perbuatannya, dan tidak menasihatimu dengan ucapannya semata.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 71-72)

[4] Rusaknya Hati

Muhammad bin Ya’qub rahimahullah berkata, “Suatu saat aku mendengar Al-Junaid ditanya mengenai hati, ‘faktor apa yang merusak hati seorang pemuda?” Maka beliau menjawab, “Rasa tamak atau hawa nafsu dan ambisi.” Lalu beliau ditanya, “Lantas apa yang bisa memperbaiki keadaannya?” Beliau menjawab,“Sikap wara’ atau menjaga diri dari yang diharamkan.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 72)

[5] Kenali Dirimu!

Suatu saat ada seorang lelaki berkata kepada Malik bin Dinar, “Wahai orang yang riya’!”. Maka beliau menjawab, “Sejak kapan kamu mengenal namaku? Tidak ada yang mengenal namaku selain kamu.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 93)

Beliau tidak menyalahkan seseorang yang merendahkannya denga menyebutnya sebagai pelaku riya’, padahal beliau adalah seorang ulama generasi tabi’in yang terkenal akan keshalehannya. Demikianlah keadaan orang shaleh, mereka merasa bahwa mereka adalah orang yang penuh dosa. Hati mereka begitu lembut dan suci sehingga setitik dosa pun begitu terasa. Demikian juga Rasulullah, beliau bertaubat kepada Allah 100 kali dalam sehari. Berbeda dengan seseorang yang memiliki hati yang gelap, dosa besar pun tetap membuatnya tersenyum dan berbangga.

[6] Antara Wajah dan Perbuatan

Sebagian orang bijak mengatakan, “Semestinya bagi orang yang berakal untuk senantiasa memperhatikan wajahnya di depan cermin. Apabila wajahnya bagus maka janganlah dia perburuk dengan perbuatan jelek. Dan apabila wajahnya jelek maka janganlah dia mengumpulkan dua kejelekan di dalam dirinya.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 105)

Dan Simak Nasihat, Teguran, dan Pelajaran lainya di: http://bit.ly/yhT0v2

No comments:

Followers