bagaimanakah kesabaran itu dapat menyatu dalam jiwa kita,
Pertama, kita harus kembali pada niat da’wah kita. Apa yang kita perbuat adalah untuk Allah semata. Jika Dia menghendaki kita diberi ujian, maka datanglah ujian itu dan akan ada suatu kebaikan di baliknya. Apa yang kita lakukan adalah aperintah-Nya, maka apapun yang akan ditimpakan oleh-Nya adalah yang terbaik.
Kedua, memperbanyak interaksi dengan Al Qur’an. Al Qur’an merupakan obat bagi hati. Penyakit tergesa-gesa, kecewa, putus asa, mutung, dan sebagainya dapat dismbuhkan dengan Al Qur’an. Bacalah Al Qur’an dan salami maknanya.
Ketiga, memperbanyak puasa sunnah. Puasa mengendalikan nafsu dan mengekang hawa nafsu, sedangkan ketidaksabaran biasanya didorong oleh nafsu adan dibakar oleh hawa nafsu. Puasa dapat melatih kesabaran, dan menjadikan kita bertindak hati-hati.
Keempat, membiasakan diri membaca kisah-kisah kesabaran dari para sahabat dan tabiin dalam berjuang. Kisah ini akan menginspirasi kita untuk bersabar, merasa diri kita kalah sabar dan bersemangat untuk menjadi lebih meningkatkan kesabaran agar setangguh mereka. Kisah-kisah ini akan memberikan peringatan bahwa tantangan yang kita hadapi tidak seberat mereka.
Kelima, kembali pada visi dan tujuan da’wah kita. Lihatlah kembali apa yang kita lakukan sesungguhnya adalah mulia, terencana sejak lama dan menjadi harapan banyak ummat manusia. Tidakkah amat merugi jika kemuliaan ini terhapus oleh ketidaksabaran yang muncul hanya sesaat?
Menjadi orang tipe apapun, kita mesti belajar dan terus belajar. Sekarang kita belajar dan terus belajar menjadi orang yang sabar ketika berdakwah. Setiap hari adalah latihan kesabaran, setiap peristiwa adalah ujian kesabaran.
No comments:
Post a Comment