Thursday, January 27, 2022

PEMILIHAN JUDUL, IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

PEMILIHAN JUDUL, IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH



A.  PEMILIHAN JUDUL

Sebelum merancang proposal, penting untuk memiliki gambaran tentang struktur umum atau garis besar topik dan urutannya (Creswell & Creswell, 2018). Pemilihan judul penelitian, baik proposal penelitian, skripsi, tesis maupun disertasi  adalah perumusan suatu gagasan yang mencakup suatu fenomena, gejala, peristiwa atau kejadian di suatu lingkungan tertentu yang dijadikan objek kajian. Peneliti dapat menulis tentang penelitian untuk tujuan mengembangkan pemahaman tanpa khawatir apakah orang lain akan menyetujui tulisan atau alasan tersebut (Harris, 2020).

Menggunakan judul dan subjudul adalah salah satu cara sederhana untuk menyediakan struktur organisasi untuk tulisan dan membuat struktur itu jelas bagi orang lain (Leedy & Ormrod, 2021). Judul penelitian harus menunjukkan secara jelas dan tegas satu atau beberapa variabel bebas yang dipandang sebagai faktor yang mendahului dan satu variabel terikat yang dipandang sebagai faktor akibat. Kedua variabel tersebut merupakan bagian dari masalah yang dituliskan di judul. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas bermula dari permasalahan akademik dalam ruang lingkup supervisi klinis yang membutuhkan segera pemecahan (Huda, 2020).

Penelitian tindakan kelas merupakan kajian secara sistimatis yang berupa upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam proses pembelajaran (Nurdin, 2016). Judul penelitian tindakan kelas harus berfokus pada subyek orang dan tempat dimana dilakukan penelitian yang sama. Hasil Penelitian Tindakan Kelas bisa saja dipakai untuk berbagi pengalaman dengan sesama guru atau praktisi yang mengajar bidang studi yang sama di tempat lain (Rahardjo, 2015). Penelitian tindakan kelas biasanya dilakukan di dalam atau di luar kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan dan atau memperbaiki layanan pendidikan bagi pendidik dalam konteks pembelajaran di kelas (Susilowati, 2018).

Judul penelitian tindakan kelas harus menggunakan kata predikat berupa meningkatkan atau peningkatan. Kata yang digunakan dalam pemilihan judul akan memberikan pengetahuan sekilas untuk pembaca. Dianjurkan untuk mencari tidak hanya informasi judul yang berhubungan langsung dengan masalah tetapi juga untuk mengeksplorasi konsep yang terkait dengan masalah (Hathaway & Norton, 2018).

 

B.  IDENTIFIKASI MASALAH

Penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Rismen, Delyana, Paramitha, Dan, & Suryani, 2018). Sebagai langkah pertama untuk membiasakan diri dengan ide yang digunakan maka peneliti harus memilah yang mana yang dapat dijadikan identifikasi sumbernya (Harris, 2020). Identifikasi masalah merupakan suatu cara untuk menuliskan pernyataan- pernyataan masalah yang berada di dalam latar belakang masalah. Dalam proses mendefinisikan masalah, peneliti harus menghindari kesalahan dalam mengacaukan masalah (Hathaway & Norton, 2018). Identifikasi masalah ditulis dengan mengaitkan masalah-masalah dan dijelaskan dengan berbagai sumber atau studi literatur.

Dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang suatu topik untuk mengidentifikasi jenis masalah yang cenderung memberikan kontribusi penting pada penelitian (Leedy & Ormrod, 2021). Identifikasi masalah ditulis berupa kalimat- kalimat pernyataan yang menunjukan masalah. Hal yang membuat pembaca bingung akan menyebabkan mereka mempertanyakan ide dan masalah yang telah dituliskan (Creswell & Creswell, 2018). Oleh karena itu, peneliti harus bisa mengkaitkan kesesuaian antara ide dan masalah. Fokus penelitian tindakan terletak pada masalah yang spesifik dalam konteks tertentu, dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang bisa digeneralisasikan (Rahardjo, 2015).

Penyelenggaraan penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif mulai dari identifikasi permasalahan serta diagnosis keadaan, perancangan tindakan perbaikan sampai dengan pengumpulan serta analisis data dan refleksi mengenai temuan dan laporan (Nurdin, 2016). Oleh karena itu, penelitian ini memiliki rangkaian alur yang cukup panjang. Penelitian tindakan kelas tidak hanya berfokus pada identifikasi masalah tetapi juga berperan untuk mengatasi masalah dengan melakukan perubahan dan perbaikan (Prihantoro & Hidayat, 2019). Upaya perbaikan yang dilakukan ditentukan oleh pemilihan dan identifikasi yang tepat.

Pemilihan penelitian tindakan kelas akan memunculkan adanya banyak masalah yang diperbuat selama melaksanakan proses belajar mengajar (Susilowati, 2018). Masalah yang didapatkan dari kegiatan pembelajaran dapat diidentifikasi dan diteliti. Penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan masalah dari proses pembelajaran (Supriyanto, 2020). Masalah proses pembelajaran yang diteliti dengan penelitian tindakan kelas diharapkan ada peningkatan dari hasil belajar siswanya salah satunya. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri berdasarkan permasalahan yang dialaminya (Rismen et al., 2018). Peneliti harus bekerja sama dengan guru kelas yang mengetahui permasalahan tersebut supaya guru tidak mengalami kesusahan dalam pengambilan data dan menjelaskan masalah dari sudut pandang peneliti.

 

C.  RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah merupakan suatu cara untuk menuliskan pertanyaan- pertanyaan masalah yang berada di dalam latar belakang masalah. Rumusan ini ditulis berupa kalimat pertanyaan yang berkaitan dengan judul dan permasalahan penelitian. Tidak ada yang bisa mengajukan pertanyaan penelitian tanpa paparan serius terhadap disiplin ilmu dan topik yang menarik (Gatrell, Bierly, Jensen, & Thakur, 2020). Memilih masalah penelitian atau pertanyaan yang baik membutuhkan keingintahuan yang tulus tentang pertanyaan yang belum terjawab (Leedy & Ormrod, 2021). Rumusan masalah ditulis berupa kalimat- kalimat pertanyaan yang menanyakan solusi dari masalah. Penelitian tindakan kelas diarahkan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang memerlukan pemecahan segera (Huda, 2020).  Persoalan dan pertanyaan yang dipecahkan dengan disertai tindakan peningkatan akan membutuhkan suatu ketrampilan. Pertanyaan umum tentang masalah penting bisa membutuhkan upaya dan keterampilan yang signifikan untuk menyempurnakan proyek penelitian yang bermanfaat (Harris, 2020).

Rumusan masalah ditulis dengan mengaitkan variabel bebas dan variabel terikat dari penelitian. Variabel penelitian tindakan kelas terdiri dari variabel masalah dan variabel tindakan (Susanti, 2017). Variabel- variabel tersebut bisa ditulis dengan pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian di dalam  atau di luar kelas. Penelitian tindakan kelas bisa dilakukan secara kolaboratif supaya masalah-masalah dapat diselesaikan dengan lebih komprehennsif (Prihantoro & Hidayat, 2019). Masalah-masalah tersebut juga harus ditanyakan sesuai dengan karakter pertanyaan penelitian tindakan kelas. Dilihat dari segi problema yang harus dipecahkan, penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik penting yaitu bahwa problema yang diangkat sehari-hari yang dihadapi oleh guru di kelas (Susilowati, 2018). Problema yang dihadapi guru dalam mengajar memang dapat diteliti untuk ditingkatkan. Hal tersebut dapat menjadi solusi bagi guru untuk meningkatkan kualitas kegiatan proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap masalah- masalah aktual dalam praktek di kelas (Nurdin, 2016).

 

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Los Angeles: SAGE Publications.

Gatrell, J. D., Bierly, G. D., Jensen, R. R., & Thakur, R. R. (2020). Research Design and Proposal Writing in Spatial Science. Cham: Springer Nature Switzerland AG.

Harris, D. (2020). Literature Review and Research Design. New York: Routledge.

Hathaway, D., & Norton, P. (2018). Understanding Problems of Practice A Case Study in Design Research. Cham: Springer Nature Switzerland AG.

Huda, F. A. (2020). Pengertian dan Konsep Penelitian Tindakan Sekolah ~ Fatkhan.web.id. Retrieved June 3, 2021, from https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-konsep-penelitian-tindakan-sekolah/

Leedy, P. D., & Ormrod, J. E. (2021). Practical Research Planning And Design. London: Pearson.

Nurdin, S. (2016). Guru Profesional Dan Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Educative: Journal of Educational Studies (Vol. 1). https://doi.org/10.30983/EDUCATIVE.V1I1.118

Prihantoro, A., & Hidayat, F. (2019). Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Ulumuddin: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 9(1), 49–60. https://doi.org/10.47200/ulumuddin.v9i1.283

Rahardjo, M. (2015). Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Bolehkan untuk Menyusun Tesis atau Disertasi? Retrieved June 2, 2021, from https://www.uin-malang.ac.id/r/150301/penelitian-tindakan-kelas-ptk-bolehkan-untuk-menyusun-tesis-atau-disertasi.html

Rismen, S., Delyana, H., Paramitha, A., Dan, M., & Suryani, M. (2018). Workshop Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Matematika Kota Solok, Sumatera Barat. Jurnal Pengabdian Masyarakat (Vol. 1). Retrieved from https://journal.uniku.ac.id/index.php/empowerment/article/view/1515

Supriyanto, E. (2020). Penelitian Tindakan Kelas Eko Supriyanto - SDIT Abu Bakar Ash Shidiq. Retrieved June 4, 2021, from https://sdit-abubakar.sch.id/penelitian-tindakan-kelas-eko-supriyanto/

Susanti, O. Y. (2017). Penelitian Tindakan Kelas: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menanya Siswa melalui Literasi Informasi Mata Pelajaran IPS. Hermeneutika: Jurnal Hermeneutika, 3(2), 27. https://doi.org/10.30870/hermeneutika.v3i2.3085

Susilowati, D. (2018). Penelitian Tindakan Kelas Solusi Alternatif Problematika Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Edunomika, 2(01). https://doi.org/10.29040/jie.v2i01.175

 


Thursday, December 23, 2021

Analisis isi (content analysis)

Analisis isi merupakan metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan penulis yang termanifestasi maupun yang laten. Oleh karenanya, secara praksis metode ini dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti; menjembatani isi dari komunikasi internasional, membandingkan media atau ‘level’ dalam komunikasi, mendeteksi propaganda, menjelaskan kecendrungan dalam konten komunkasi, dan lain-lain (Weber, 1990: 9).

Menurut Weber, pemahaman dasar dari analisis isi adalah bahwa banyak kata sesungguhnya dapat diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori yang lebih kecil. Setiap kategori itu dibuat berdasarakan kesamaan makna kata, dan kemiripan makna kata dari setiap teks atau pembicaraan. Dengan asumsi itu, kita akan dapat mengetahui fokus dari pengarang, pembuat teks, atau pembicara dengan menghitung jumlah kategori yang ada dalam teks tersebut.

Dalam kajian Weber, ada beberapa langkah dalam analisis isi untuk mengumpulkan data diantaranya:

Menetapkan unit yang terekam, hal ini sangat penting dalam proses pengaregorian data. Dalam metode ini dapat dilakukan dengan beberapa level :

1.       Kata, yaitu mengklasifikasi masing-masing kata

2.       Paragraf, kalau sumberdaya manusia atau komputer yang tersedia terbatas, peneliti dapat mereduksinya dengan melakukan pengkodeaan berdasarakan paragraf. Namun hal ini sulit mendapatkan hasil yang reliable karena cakupannya terlalu luas.

3.       Keseluruhan teks, hal ini dilakukan dalam pengecualian ketika teks tersebut tidak terlalu banyak, seperti cerpen, headline berita, dan berita koran.

4.       Menetapkan kategori, ada dua tahap dalam menetapkan kategori. Pertama kita harus mengetahui apakah hubungannya ekslusif (spesial). Kedua, harus seberapa dekatkah hubungan antar unit dalam satu kategori.

5.       Melakukan tes coding di teks sampel. Hal ini diupayakan agar tidak ada ambiguitas dalam kategori. Tahapan ini juga digunakan untuk merevisi hal-hal yang tidak tepat dalam skema klasifikasi

6.       Menilai akurasi atau reabilitas

7.       Merefisi aturan pengkodingan

 

prosedur penelitian analisis isi dengan kedua pendekatan sebagaimana dijelaskan di atas, Krippendorff memberikan gambaran mengenai tahapan-tahapan yang ada di dalam penelitian ini. Ia membuat skema penelilitan analisis isi ke dalam 6 tahapan, yaitu:

1.       Unitizing (peng-unit-an)

2.       Sampling (pe-nyamling-an)

3.       Recording/coding (perekaman/koding)

4.       Reducing (pengurangan) data atau penyederhanaan data

5.       Abductively inferring (pengambilan simpulan); bersandar kepada analisa konstuk dengan berdasar pada konteks yang dipilih

6.       Naratting (penarasian) atas jawaban dari pertanyaaan penelitian.

 

Unitizing, adalah upaya untuk mengambil data yang tepat dengan kepentingan penelitian yang mencakup teks, gambar, suara, dan data-data lain yang dapat diobservasi lebih lanjut. Unit adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik oleh analis yang merupakan elemen independen. Unit adalah objek penelitian yang dapat diukur dan dinilai dengan jelas, oleh karenanya harus memilah sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat.

Sampling, adalah cara analis untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi observasi yang merangkum semua jenis unit yang ada. Dengan demikian terkumpullah unit-unit yang memiliki tema/karakter yang sama. Dalam pendekatan kualitatif, sampel tidak harus digambarkan dengan proyeksi statistik. Dalam perdekatan ini kutipan-kutipan serta contoh-contoh, memiliki fungsi yang sama sebagai sampel. Sampel dalam bentuk ini digunakan untuk mendukung atas pernyataan inti dari peneliti.

Recording, dalam tahap ini peneliti mencoba menjembatani jarak (gap) antara unit yang ditemukan dengan pembacanya. Perekamaan di sini dimaksudkan bahwa unit-unit dapat dimainkan/digunakan berulang ulang tanpa harus mengubah makna. Kita mengetahui bahwa setiap rentang waktu memiliki pandangan umum yang berbeda. Olehkarenanya recording berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca/pengguna data untuk dihantarkan kepada situasi yang berkembang pada waktu unit itu muncul dengan menggunakan penjelasan naratif dan atau gambar pendukung. Dengan demikian penjelasan atas analisis isi haruslah tahan lama dapat bertahan disetiap waktu.

Reducing, tahap ini dibutuhkan untuk penyediaan data yang effisien. Secara sederhana unit-unit yang disediakan dapat disandarkan dari tingkat frekuensinya. Dengan begitu hasil dari pengumpulan unit dapat tersedia lebih singkat, padat, dan jelas.

Inferring, tahap ini mencoba menanalisa data lebih jauh, yaitu dengan mencari makna data unit-unti yang ada. Dengan begitu, tahap ini akan menjembatanai antara sejumlah data deskriptif dengan pemaknaan, penyebab, mengarah, atau bahkan memprovokasi para audience/pengguna teks. Inferring, bukan hanya berarti deduktif atau induktif, namun mencoba mengungakap konteks yang ada dengan menggunkan konstruksi analitis (analitical construct). Konstuksi analitis befngsi untuk memberikan model hubungan antara teks dan kesimpulan yang dituju. Dengan begitu, konstuksi analitis harus menggunkan bantuan teori, konsepsi yang sudah memiliki kebasahan dalam dunia akademis.

Naratting, merupakan tahan yang terakhir. Narasi merupakan upaya untung menjawab pertanyaan penelitian. Dalam narasi biasanya juga berisi informasi-informasi penting bagi pengguna penelitian agar mereka lebih paham atau lebih lanjut dapat mengambil keputusan berdasarkan hasil penelitian yang ada.

 


Thursday, December 2, 2021

IRADAH CINTA 2021

 Ayo dengarkan lagu terbaru Narayana Indie 'IRADAH CINTA' di Spotify, Youtube, Deezer, iTunes, Joox, Amazon Music dan berbagai aplikasi musik digital pilihan kamu.

SILAKAN CLICK LINK DI BAWAH INI

https://www.youtube.com/watch?v=mtTMCC95-74

https://web.facebook.com/photo/?fbid=10223896876907932&set=a.1050009408596



Friday, November 19, 2021

kode kerusakan Toyota Avanza


Kode 13 Malfungsi Sirkuit "A" Sensor Posisi Crankshaft Kode 14 Sirkuit "A" Sensor Posisi Camshaft (Bank 1 atau Single Sensor) Kode 16 Sirkuit Primer/ Sekunder "A" Koil Pengapian Kode 18 Sirkuit Sensor Knock 1 Kode 21 Sirkuit Sensor Oksigen (Bank 1 Sensor 1) Kode 23 Sirkuit Heater Sensor O2 (Bank 1 Sensor 1) Kode 25 Sistem Terlalu Kurus (Malfungsi A/F Kurus, Bank 1) Kode 26 Sistem Terlalu Gemuk (Malfungsi A/F Gemuk, Bank 1) Kode 31 Sirkuit MAP Sensor Kode 41 Malfungsi Sirkuit Sensor Posisi Pedal Throttle di Throttle Body Kode 42 Sensor temperatur air pendingin mesin Kode 43 Intake Air Temperature (bahasa inggris) atau sensor suhu udara intake manifold Kode 44 Sistem Sinyal Sensor Temperatur Evaporator Air Conditioner Kode 51 Sirkuit Switch A/C Malfungsi Kode 52 Sensor Kecepatan Kendaraan Kode 54 Sirkuit Sinyal Starter Kode 71 Malfungsi pada Sistem Kontrol Idle (ISC) Kode 73 Malfungsi pada Sistem VVT (Bank 1) Kode 74 Malfungsi pada Sikuit OCV (Bank 1) Kode 75 Sensor VVT / Range Sirkuit sensor Posisi Camshaft / Problem Performance (Bank 1) Kode 76 Malfungsi pada Sirkuit Purge Control Valve Sistem Evaporative Emission Control atau VSV valve

Wednesday, November 17, 2021

AC mobil tidak dingin?

 Kenapa AC mobil tidak dingin hanya keluar angin?

1. Freon habis Agar bisa berfungsi, AC membutuhkan freon. Kalau freon habis, maka bisa dipastikan AC tidak akan dingin dan hanya keluar angin. Oleh karenanya, coba cek freon AC apabila Anda tidak merasakan sensasi dingin di dalam kabin. Jika memang karena freon habis, Anda bisa mengisi ulang atau menambahnya dengan cara mengunjungi bengkel resmi mobil Toyota. 2. Kondensor kotor Cara kerja kondensor wajib AutoFamily pahami terlebih dahulu sebelum membersihkannya. Kondensor adalah bagian pada AC yang tugasnya membuang suhu panas yang dilepaskan kompresor. Kalau sampai bagian ini kotor, maka akan menjadi penyebab AC mobil tidak dingin hanya keluar angin. Untuk mencegah kotornya kondensor, AutoFamily harus rutin membersihkan kotoran yang menumpuk agar tidak menimbulkan penyumbatan. 3. Kompresor rusak Kalau misalnya kondensor Anda bersih, tapi sistem pendinginan tetap tidak terasa, maka penyebab AC mobil tidak dingin hanya keluar angin adalah kompresor. Pemicunya bisa karena kompresor aus atau rusak. Cirinya adalah sight glass berwarna hitam. Kalau tanda ini muncul, maka itu artinya receiver dryer atau expansion valve tersumbat oleh kotoran. Baca juga: Kompresor AC Hidup Sebentar Lalu Mati Kembali? Mungkin Ini Masalahnya! 4. Extra fan mati Penyebab AC tidak dingin berikutnya adalah extra fan mati. Apabila komponen yang terletak di depan kondensor ini mati, maka akan memengaruhi proses kondensasi. Padahal, kondensasi adalah proses yang membuat penurunan suhu di dalam kondensor. Jika extra fan tidak berputar, otomatis penurunan suhu tidak bakal terjadi. Akhirnya, kabin di dalam mobil pun akan tetap terasa panas. ​​​​​​​5. Sistem AC mobil kelebihan tekanan Hati-hati kalau AutoFamily baru saja mengisi oli kompresor. Sebab, pengisian oli kompresor yang berlebihan akan membuat tekanan di dalam freon AC meningkat. Kalau tekanan sudah meningkat, maka kompresor akan berubah menjadi sangat panas. Hal selanjutnya yang akan terjadi adalah proses kondensasi terhambat. Padahal, seperti yang sudah dibahas tadi, kondensasi adalah proses penting untuk menurunkan suhu. Jika prosesnya terganggu, maka AC mobil akan terasa tidak dingin. 6. Penyumbatan evaporator Evaporator yang tersumbat debu maupun kotoran akan membuat aliran udara dari blower menjadi terhambat. Kalau aliran udara sudah terhambat, akibatnya sirkulasi AC juga jadi terganggu. Memang, sangat wajar untuk debu dan kotoran ikut masuk ke evaporator melalui hisapan blower yang terhubung dengan komponen tersebut. Namun, agar tidak semakin mengurangi kenyamanan Anda selama berkendara, pastikan rutin membersihkan evaporator AC. 7. Fan belt putus Fungsi fan belt di dalam AC adalah sebagai penyalur putaran mesin menuju kompresor. Apabila fan belt ini putus atau mengalami kerusakan lain, maka bisa dipastikan kinerja kompresor tidak akan maksimal karena tidak mendapat aliran putaran mesin. Kalau kompresor sudah tidak bekerja secara optimal, maka aliran freon pun tidak akan bersirkulasi. Akibatnya, AC kendaraan AutoFamily terasa tidak dingin, hanya keluar angin saja dari dalamnya. ​​​​​​​8. Thermistor rusak Thermistor adalah kependekan dari thermo dan resistor. Komponen ini memiliki tanggung jawab mengirimkan sinyal kepada kompresor untuk berhenti bekerja saat suhu kabin mobil sudah mencapai temperatur sesuai pengaturan pada AC. Namun, apabila thermistor ini rusak, maka tidak akan ada sinyal yang dikirimkan ke kompresor. Alhasil, kompresor bakal terus menerus bekerja hingga evaporator beku. Kalau evaporator sudah beku, kondisi ini akan menjadi penyebab AC mobil tidak dingin hanya keluar angin. Penyebab AC mobil tidak dingin hanya keluar angin bisa jadi karena alasan sepele freon habis dan butuh diisi ulang. Namun, bisa juga pemicu AC mobil tidak dingin adalah kerusakan yang terjadi pada komponen di dalamnya.

Wednesday, November 10, 2021

Systematic Review

 

Definisi Systematic Review

Banyak istilah terkait dengan systematic review, antara lain kita kenal adanya integrative literature.

 Integrative literature dikenal sebagai metode yang menggabungkan banyak studi orisinil. Ada dua jenis integrative literature yaitu literature review (review artikel atau state of the art review) dan systematic review. Apabila dalam systematic review dilakukan analisis statistik formal maka systematic review disebut meta analisis (Sastroasmoro & Ismael, 2008).

 Ada hal yang membedakan literature review dan systematic review, dimana pada literature review umumnya penelusurannya tidak dilaksanakan dengan sistematik, tidak diklasifikasikan dengan kriteria yang sebelumnya ditetapkan serta kurang dilaksanakan telaah kritis serta kurang dilaksanakan evaluasi sistematis terhadap kualitas artikel.

 Systematic review mempunyai kriteria dimana penelaahan terhadap artikel dilaksanakan secara terstruktur dan terencana. Systematic review meningkatkan kedalaman dalam mereview dan membuat rigkasan dalam evidence riset (Davies & Crombie, 2009).

Tujuan Systematic Review

Tujuan sistematic review antara lain menjawab pertanyaan secara spesifik, relevan dan terfokus. Systematic review juga menjarihasil riset, menurunkan bias dari review, mensintesis hasil, mengidentifikasi gab dari riset (Torgerson, 2003). Systematic review juga sering dibutuhkan untuk penentuan agenda riset, sebagai bagian dari desertasi atau tesis serta merupakan bagian yang melengkapi pengajuan hibah riset (Davies & Crombie, 2009).

Langkah dalam Systematic Review

Pelaksanaan Systematic Review mempunyai tahapan:

a.        Mendefinisikan tujuan dari review dan menetapkan tipe dari evidence yang akan membantu menjawab tujuan review.

b.         Pencarian Literatur. Pencarian literatur telah ditetapkan strateginya, apakah hanya literatur yang sudah terpublikasi ataukah termasuk laporan riset yang tidak terpublikasi. Tahun terbit juga ditetapkan batasannya. Penggunaan jenis bahasa (English dan non English), dan juga jenis literatur juga menjadi kriteria systematik review. Jenis literatur sudah ditetapkan sebelumnya yaitu apakah hanya berupa jurnal ataukah termasuk conference prociding, opini ataupun laporan projek. Cara penelusuran secara elektronik, search engines, databases dan websites ataukah pencarian secara manual juga ditetapkan sebelumpelaksanaan sistematik review.

c.        Penilaian study. Penetapan kriteria inklusi termasuk jenis methodology apakah hanya yang kuantitatif ataukah termasuk riset kualitatif.

d.        Mengkombinasikan Hasil. Hasil review setelah dilaksanakan harus dikelompokkan untuk

mendapatkan makna. Penemuan agregration/ pengelompokan ini sering disebut evidence sinstesis.

e.        Menetapkan hasil, penemuan dari penglompokan yag telah dilaksanakan perlu didiskusikan untuk menyimpulan konteks/ hasil review.

Jenis-jenis Systematic Review

a.       Rapid Evidence Assesment Review (REA) Merupakan metode pencariandan evaluasi literature secara cepat tetapi tahapan dan comprehensive dari

review masih sangat terbatas.

b.       User Involvement

Metode pencarian dan evaluasi literatur yang digunakan sebagai persyaratan dalam studi awal riset

c.       Mixed methods

Metode pencarian dan evaluasi literature dengan metode blended yaitu menggunakan kriteria dilaksanakan baik pada riset dengan desain kualitatif muapun kuantitatif. Keuntungan mixed methods akan meningkatkan integritas dari hasil, tetapi kelemahannya adalah ketika ada kategorikal yang belum masuk dalam kriteria review.

 

 

Metode Systematic Literature Review

 


Studi literatur sudah lama saya dengar, tetapi baru kali ini ada istilah systematic literature review (SLR) yang banyak muncul di artikel-artikel jurnal terkini. Studi literatur sistematik ini bermaksud untuk merinci dan menyimpulkan teknologi yang saat ini digunakan dengan manfaat dan batasan yang dimilikinya. Selain itu metode ini bisa juga untuk memperoleh research gap serta wilayah penelitian baru yang menarik untuk diteliti. Framework dan background bisa pula diketahui dengan SLR untuk memposisikan riset baru.

SLR memiliki tiga langkah/tahapan yaitu Planning, Conducting dan Reporting. Sebenarnya langkah ini pernah saya jalankan, hanya saja tidak sistematis, ada yang Planning dan Conducting saja tanpa Reporting, misalnya. SLR sendiri diperkenalkan oleh Barbara Kitchenham, silahkan unduh di sini. Awalnya SLR (atau disingkat juga SLRs) merupakan pengembangan dari Evidence-Based Software Engineering (EBSE) yang masuk ranah rekayasa perangkat lunak.

Planning

Pada fase ini identifikasi terhadap apa yang dibutuhkan dalam melakukan studi literatur harus sudah fix. Berbeda dengan membaca novel yang kita sendiri tidak tahu isinya dan butuh “surprise” ketika membacanya. Membaca artikel ilmiah kita harus tahu terlebih dahulu isinya sebelum membaca, mengetahui di sini adalah gambaran umumnya saja dulu. Yang kedua pada fase ini adalah menentukan pertanyaan penelitian (research question) yang menjadi dasar dalam melakukan studi literatur.

Conducting

Fase ini adalah proses pencarian terhadap sumber-sumber literatur. Terdiri dari: identifikasi penelitian, memilih riset-riset yang utama, meng-asses kualitas suatu literatur, mengekstrak data-data dan terus memonitor, dan mensintesis data. Biasanya LSR menggunakan media “searching” yang sudah tersedia di beberapa pengindeks (Scopus, SAGE, IEEE Explore, Wiley Online, Science Direct, dan lain-lain. Biasanya penggunaan String sangat membantu (dengan logika OR dan AND), misal: ((“technology-organization-environment” OR “TOE” ) AND (“framework” OR “conceptual framework” OR “structure”)).

Reporting

Fase ini menghasilkan bahan-bahan literatur yang sudah tersistematis dengan baik. Biasanya dari ratusan artikel diolah menjadi puluhan dan akhirnya belasan yang siap dibaca dan dianalisa. Biasanya ada tiga tahapan yaitu Database Search dari pengindeks-pengindeks yang tersedia di internet (baik gratis/berbayar) yang memperoleh data sebanyak ratusan. Berikutnya Abstract, Title, and Keyword review yang mensortirnya menjadi puluhan saja. Terakhir adalah Full Review sebanyak kira-kira belasan. Tentu saja jumlah tidak harus seperti contoh di atas.

Thursday, October 28, 2021

Prosedur pembelian motor baru

  

1.      Pembeli mengecek harga motor terbaru dari brosur

2.      Pembeli melakukan konsultasi dengan pihak admin dealer motor

3.      Pembeli melakukan kesepakatan pembayaran secara kredit atau tunai dengan pihak dealer

4.      Pembeli mempersiapkan softfile ktp sebagai syarat pembelian

5.      Pembeli mempersiapkan nama yang akan ditulis stnk dan bpkb harus sesuai dengan nama yang ditulis di ktp

6.      Cetakan stnk akan jadi dan dapat digunakan selang jangka waktu 2 minggu dari pembelian

7.      Bpkb dapat diambil 3 bulan sesudahnya

8.      Ktp softfile harus disiapkan apabila bpkb diambil bukan pemiliknya

 

Followers