Analisis isi
merupakan metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan penulis yang
termanifestasi maupun yang laten. Oleh karenanya, secara praksis metode ini
dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti; menjembatani isi dari
komunikasi internasional, membandingkan media atau ‘level’ dalam komunikasi,
mendeteksi propaganda, menjelaskan kecendrungan dalam konten komunkasi, dan
lain-lain (Weber, 1990: 9).
Menurut Weber,
pemahaman dasar dari analisis isi adalah bahwa banyak kata sesungguhnya dapat diklasifikasikan
ke dalam kategori-kategori yang lebih kecil. Setiap kategori itu dibuat
berdasarakan kesamaan makna kata, dan kemiripan makna kata dari setiap teks
atau pembicaraan. Dengan asumsi itu, kita akan dapat mengetahui fokus dari
pengarang, pembuat teks, atau pembicara dengan menghitung jumlah kategori yang
ada dalam teks tersebut.
Dalam kajian Weber,
ada beberapa langkah dalam analisis isi untuk mengumpulkan data diantaranya:
Menetapkan unit
yang terekam, hal ini sangat penting dalam proses pengaregorian data. Dalam
metode ini dapat dilakukan dengan beberapa level :
1. Kata, yaitu mengklasifikasi masing-masing kata
2. Paragraf, kalau sumberdaya manusia atau komputer yang tersedia
terbatas, peneliti dapat mereduksinya dengan melakukan pengkodeaan berdasarakan
paragraf. Namun hal ini sulit mendapatkan hasil yang reliable karena cakupannya
terlalu luas.
3. Keseluruhan teks, hal ini dilakukan dalam pengecualian ketika teks
tersebut tidak terlalu banyak, seperti cerpen, headline berita, dan berita
koran.
4. Menetapkan kategori, ada dua tahap dalam menetapkan kategori. Pertama
kita harus mengetahui apakah hubungannya ekslusif (spesial). Kedua, harus
seberapa dekatkah hubungan antar unit dalam satu kategori.
5. Melakukan tes coding di teks sampel. Hal ini diupayakan agar tidak ada
ambiguitas dalam kategori. Tahapan ini juga digunakan untuk merevisi hal-hal
yang tidak tepat dalam skema klasifikasi
6. Menilai akurasi atau reabilitas
7. Merefisi aturan pengkodingan
prosedur penelitian
analisis isi dengan kedua pendekatan sebagaimana dijelaskan di atas,
Krippendorff memberikan gambaran mengenai tahapan-tahapan yang ada di dalam
penelitian ini. Ia membuat skema penelilitan analisis isi ke dalam 6 tahapan,
yaitu:
1. Unitizing (peng-unit-an)
2. Sampling (pe-nyamling-an)
3. Recording/coding (perekaman/koding)
4. Reducing (pengurangan) data atau penyederhanaan data
5. Abductively inferring (pengambilan simpulan); bersandar
kepada analisa konstuk dengan berdasar pada konteks yang dipilih
6. Naratting (penarasian) atas jawaban dari pertanyaaan penelitian.
Unitizing, adalah
upaya untuk mengambil data yang tepat dengan kepentingan penelitian yang
mencakup teks, gambar, suara, dan data-data lain yang dapat diobservasi lebih
lanjut. Unit adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik oleh analis
yang merupakan elemen independen. Unit adalah objek penelitian yang dapat diukur
dan dinilai dengan jelas, oleh karenanya harus memilah sesuai dengan pertanyaan
penelitian yang telah dibuat.
Sampling, adalah
cara analis untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi observasi yang
merangkum semua jenis unit yang ada. Dengan demikian terkumpullah unit-unit
yang memiliki tema/karakter yang sama. Dalam pendekatan kualitatif, sampel
tidak harus digambarkan dengan proyeksi statistik. Dalam perdekatan ini
kutipan-kutipan serta contoh-contoh, memiliki fungsi yang sama sebagai sampel.
Sampel dalam bentuk ini digunakan untuk mendukung atas pernyataan inti dari
peneliti.
Recording, dalam
tahap ini peneliti mencoba menjembatani jarak (gap) antara unit yang ditemukan
dengan pembacanya. Perekamaan di sini dimaksudkan bahwa unit-unit dapat dimainkan/digunakan
berulang ulang tanpa harus mengubah makna. Kita mengetahui bahwa setiap rentang
waktu memiliki pandangan umum yang berbeda. Olehkarenanya recording berfungsi
untuk menjelaskan kepada pembaca/pengguna data untuk dihantarkan kepada situasi
yang berkembang pada waktu unit itu muncul dengan menggunakan penjelasan
naratif dan atau gambar pendukung. Dengan demikian penjelasan atas analisis isi
haruslah tahan lama dapat bertahan disetiap waktu.
Reducing, tahap ini
dibutuhkan untuk penyediaan data yang effisien. Secara sederhana unit-unit yang
disediakan dapat disandarkan dari tingkat frekuensinya. Dengan begitu hasil
dari pengumpulan unit dapat tersedia lebih singkat, padat, dan jelas.
Inferring, tahap
ini mencoba menanalisa data lebih jauh, yaitu dengan mencari makna data
unit-unti yang ada. Dengan begitu, tahap ini akan menjembatanai antara sejumlah
data deskriptif dengan pemaknaan, penyebab, mengarah, atau bahkan memprovokasi
para audience/pengguna teks. Inferring, bukan hanya berarti deduktif atau
induktif, namun mencoba mengungakap konteks yang ada dengan menggunkan
konstruksi analitis (analitical construct). Konstuksi analitis befngsi untuk
memberikan model hubungan antara teks dan kesimpulan yang dituju. Dengan
begitu, konstuksi analitis harus menggunkan bantuan teori, konsepsi yang sudah
memiliki kebasahan dalam dunia akademis.
Naratting,
merupakan tahan yang terakhir. Narasi merupakan upaya untung menjawab
pertanyaan penelitian. Dalam narasi biasanya juga berisi informasi-informasi
penting bagi pengguna penelitian agar mereka lebih paham atau lebih lanjut
dapat mengambil keputusan berdasarkan hasil penelitian yang ada.
No comments:
Post a Comment