MY CLASSMATE.
bit.ly/facebookbayups bit.ly/blogspotbayups bit.ly/scholarbayups bit.ly/youtubebayups
Wednesday, December 21, 2011
Penelitian Historis (Sejarah)
Tujuan Pembelajaran :
- Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat :
- Memahami pengertian dan tujuan penelitian historis atau penelitian sejarah
- Menguasai macam-macam sumber data dan penilaiannya
- Menerangkan langkah-langkah dalam penelitian historis (sejarah)
Pengertian dan Tujuan Penelitian Historis
Pengertian Penelitian Historis
Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian historis di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian historis bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.
Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996: 22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Sementara menurut Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah , 2005: 51 juga menyatakan bahwa penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau (Jhon W. Best, 1977 dalam Yatim Riyanto, 1996: 23 dalam Nurul Zuriah 2005: 52).
Sedangkan Donal Ary (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 52) menyatakan bahwa penelitian historis untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) dalam Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 52) menyetakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
Sumber-Sumber Data dalam Penelitian Historis
Oleh karena objek penelitian sejarah adalah peristiwa atau kehidupan masyarakat pada masa lampau maka yang menjadi sumber informasi harus mempunyai karakteristik yang berbeda dengan metode penelitian lainnya. Beberapa sumber tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku perisriwa itu sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Contoh sumber-sumber primer lainnya yang sering menjadi perhatian perhatian para peneliti di lapangan atau situs di anataranya seperti, dokumen asli, relief dan benda-benda peninggalan masyarakat zaman lampu.
Sumber informasi sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Sumber sekunder ini dapat berupa para ahli yang mendalami atau mengetahui peristiwa yang dibahas dan dari buku atau catatan yang berkaitan dengan peristiwa, buku sejarah, artikel dalam ensiklopedia, dan review penelitian.Dari adanya sumber primer dan sekunder ini, sebaiknya peneliti apabila mungkin lebih memberikan bobot sumber-sumber data primer lebih dahulu, baru kemudian data sekunder, data tersier, dan seterusnya.
Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis
Menurut M. Subana dkk. 2005: 88, adapun kerangka penelitiannya yaitu
Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara
Dari sumber primer dan sumber sekunder
Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sedangkan menurut Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 53) ada 4 (empat) langkah esensial dalam penelitian sejarah, yaitu sebagai berikut :
Merumuskan Masalah
Dalam merumuskan masalah historis terdapat beberapa persyaratan sebagaimana dalam penelitian yang lain, yaitu
Seharusnya dinyatakan secara jelas dan ringkas
Dokumen
Dokumen, yaitu materi yang tertulis atau tercetak dalam bentuk buku, majalah, Koran, buku catatan, dan sebagainya. Dokumen merujuk pada beberapa jenis informasi yang eksis ke dalam bentuk tertulis atau cetak.
Rekaman yang Bersifat Numerik
Rekaman yang bersifat numeric, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, mislanya skor tes, laporan sensus, dan sebagainya.
Pernyataan Lisan
Pernyataan lisan, yaitu melakukan interview dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
Relief
Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya berupa bangunan monument, peralatan, pakaian dan sebagainya.
Meringkas Informasi yang Diperoleh dari Sumber Historis
Langkah ini merupakan proses me-review dan meringkas dari sumber informasi sejarah. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk menentukan relevansi materi utama dengan pertanyaan atau masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan rekaman data biografi yang lengkap dari sumber, mengorganisasikan data berdasarkan kategori yang dihubungkan dengan masalah yang diteliti, dan meringkas informasi yang berhubungan fakta, jumlah, dan pertanyaan yang penting).
Mengevaluasi Sumber Sejarah
Dalam langkah ini peneliti sejarah harus mengadopsi sikap kritis ke arah beberapa atau seluruh sumber informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah yang merupakan dokumen atau informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah terdapat dua kritik yaitu
Kritik eksternal
Hal ini berguna untuk menetapkan keaslian atau auntentisitas data, dilakukan kritik eksternal. Apakah fakta peninggalan ata dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut. Mislanya untuk menetapkan umumr dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat, bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain.
Kritik Internal
Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah mengukapkan gambaran yang benar? Bagaiaman mengenai penulis dan penciptanya? Apakah ia jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti diatas. Sejarahwan harus benar-benar yakin bahwa datanya antentik dan kaurat. Hanya jika datanya autentik dan akuratlah sejarawan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah secara serius.
Hipotesis Dan Generalisasi Dalam Penelitian Sejarah
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis, meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarawan menyimpulkan bukti-buktidan secara cermat menilai kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya maka hipotesis tersebut teruji.
Penulisan Laporan Penelitian Sejarah
Proses dalam penelitian laporan penelitian sejarah membutuhkan kreativitas, imajinasi kuat, dan multirasio. Laporan tersebut hendaknya ditulis dengan gaya penulisan yang baik dan objektif. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan laporan tersebut dibuat dengan biasa-biasa saja, dan supaya tidak menonton diberi warna pada pernyataannya, yang penting jangan smapai hilang keasliannya. Mengenai format penulisan laporan tidak ada format yang baku, hal ini dapat disesuaikan dengan kepentingan atau persyaratan institusi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Zuriah, Nurul. 2005.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Subana, M. dkk. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah.
Bandung : Pustaka Setia.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Usman, Husaini, dkk. 1996. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
- Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat :
- Memahami pengertian dan tujuan penelitian historis atau penelitian sejarah
- Menguasai macam-macam sumber data dan penilaiannya
- Menerangkan langkah-langkah dalam penelitian historis (sejarah)
Pengertian dan Tujuan Penelitian Historis
Pengertian Penelitian Historis
Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian historis di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian historis bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.
Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996: 22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Sementara menurut Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah , 2005: 51 juga menyatakan bahwa penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu
- Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
- Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
- Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
- Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau (Jhon W. Best, 1977 dalam Yatim Riyanto, 1996: 23 dalam Nurul Zuriah 2005: 52).
Sedangkan Donal Ary (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 52) menyatakan bahwa penelitian historis untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) dalam Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 52) menyetakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
- Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
- Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
- Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
- Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
- Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Sumber-Sumber Data dalam Penelitian Historis
Oleh karena objek penelitian sejarah adalah peristiwa atau kehidupan masyarakat pada masa lampau maka yang menjadi sumber informasi harus mempunyai karakteristik yang berbeda dengan metode penelitian lainnya. Beberapa sumber tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku perisriwa itu sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Contoh sumber-sumber primer lainnya yang sering menjadi perhatian perhatian para peneliti di lapangan atau situs di anataranya seperti, dokumen asli, relief dan benda-benda peninggalan masyarakat zaman lampu.
Sumber informasi sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Sumber sekunder ini dapat berupa para ahli yang mendalami atau mengetahui peristiwa yang dibahas dan dari buku atau catatan yang berkaitan dengan peristiwa, buku sejarah, artikel dalam ensiklopedia, dan review penelitian.Dari adanya sumber primer dan sekunder ini, sebaiknya peneliti apabila mungkin lebih memberikan bobot sumber-sumber data primer lebih dahulu, baru kemudian data sekunder, data tersier, dan seterusnya.
Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis
Menurut M. Subana dkk. 2005: 88, adapun kerangka penelitiannya yaitu
- Pendefinisian Masalah
- Perumusan masalah
- Pengumpulan data
- Analisis data
- Kesimpulan
Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara
Dari sumber primer dan sumber sekunder
Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sedangkan menurut Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 53) ada 4 (empat) langkah esensial dalam penelitian sejarah, yaitu sebagai berikut :
Merumuskan Masalah
Dalam merumuskan masalah historis terdapat beberapa persyaratan sebagaimana dalam penelitian yang lain, yaitu
Seharusnya dinyatakan secara jelas dan ringkas
- Manageable, dan
- Memiliki rasional yang kuat.
- Menemukan Sumber Informasi sejarah yang Relevan
Dokumen
Dokumen, yaitu materi yang tertulis atau tercetak dalam bentuk buku, majalah, Koran, buku catatan, dan sebagainya. Dokumen merujuk pada beberapa jenis informasi yang eksis ke dalam bentuk tertulis atau cetak.
Rekaman yang Bersifat Numerik
Rekaman yang bersifat numeric, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, mislanya skor tes, laporan sensus, dan sebagainya.
Pernyataan Lisan
Pernyataan lisan, yaitu melakukan interview dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
Relief
Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya berupa bangunan monument, peralatan, pakaian dan sebagainya.
Meringkas Informasi yang Diperoleh dari Sumber Historis
Langkah ini merupakan proses me-review dan meringkas dari sumber informasi sejarah. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk menentukan relevansi materi utama dengan pertanyaan atau masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan rekaman data biografi yang lengkap dari sumber, mengorganisasikan data berdasarkan kategori yang dihubungkan dengan masalah yang diteliti, dan meringkas informasi yang berhubungan fakta, jumlah, dan pertanyaan yang penting).
Mengevaluasi Sumber Sejarah
Dalam langkah ini peneliti sejarah harus mengadopsi sikap kritis ke arah beberapa atau seluruh sumber informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah yang merupakan dokumen atau informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah terdapat dua kritik yaitu
Kritik eksternal
Hal ini berguna untuk menetapkan keaslian atau auntentisitas data, dilakukan kritik eksternal. Apakah fakta peninggalan ata dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut. Mislanya untuk menetapkan umumr dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat, bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain.
Kritik Internal
Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah mengukapkan gambaran yang benar? Bagaiaman mengenai penulis dan penciptanya? Apakah ia jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti diatas. Sejarahwan harus benar-benar yakin bahwa datanya antentik dan kaurat. Hanya jika datanya autentik dan akuratlah sejarawan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah secara serius.
Hipotesis Dan Generalisasi Dalam Penelitian Sejarah
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis, meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarawan menyimpulkan bukti-buktidan secara cermat menilai kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya maka hipotesis tersebut teruji.
Penulisan Laporan Penelitian Sejarah
Proses dalam penelitian laporan penelitian sejarah membutuhkan kreativitas, imajinasi kuat, dan multirasio. Laporan tersebut hendaknya ditulis dengan gaya penulisan yang baik dan objektif. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan laporan tersebut dibuat dengan biasa-biasa saja, dan supaya tidak menonton diberi warna pada pernyataannya, yang penting jangan smapai hilang keasliannya. Mengenai format penulisan laporan tidak ada format yang baku, hal ini dapat disesuaikan dengan kepentingan atau persyaratan institusi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Zuriah, Nurul. 2005.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Subana, M. dkk. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah.
Bandung : Pustaka Setia.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Usman, Husaini, dkk. 1996. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PENELITIAN SEJARAH
A.TAHAPAN PENELITIAN SEJARAH
Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar dalam melakaukan pencarian sumber-sumber sejarah dpat terarah dan tepat sasaran.Pemilihan topik penelitian dapatdidasarakan pada unsur-unsur berikut ini:
1.Bernilai
Peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
2.Keaslian (Orisinalitas)
Peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian baru atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru
3.Praktis dan Efesien
Peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
4.Kesatuan
Unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan ide.
Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar dalam melakaukan pencarian sumber-sumber sejarah dpat terarah dan tepat sasaran.Pemilihan topik penelitian dapatdidasarakan pada unsur-unsur berikut ini:
1.Bernilai
Peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
2.Keaslian (Orisinalitas)
Peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian baru atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru
3.Praktis dan Efesien
Peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
4.Kesatuan
Unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan ide.
B.LANGKAH-LANGKAH DALAM PENELITIAN SEJARAH
Setelah menentukan topik penelitian selanjutnya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1.HEURISTIK (Pengumpulan Data)
Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedeang diteliti.misalnya dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.
2.KRITIK (VERIFIKASI)
Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
a.Kritik Ekstern
kritik ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslan atau keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, dan naskah.Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan, misalnyatentang waktu pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sndiri.Sejarawan dapat juga melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta untuk penulisan dokumen guna menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern dengan mengidentifikasikan tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis hurufnya.
b.Kritik Intern
Kritik Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.
3.INTERPRETASI (penafsiran)
Interfretasi adalah menafsirkan fakata sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interfretasi yang bersifat deskriptif sajabelum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunkan.
4.HISTORIOGRAFY (Penulisan Sejarah)
Historiogray adalah oses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
Setelah menentukan topik penelitian selanjutnya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1.HEURISTIK (Pengumpulan Data)
Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedeang diteliti.misalnya dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.
2.KRITIK (VERIFIKASI)
Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
a.Kritik Ekstern
kritik ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslan atau keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, dan naskah.Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan, misalnyatentang waktu pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sndiri.Sejarawan dapat juga melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta untuk penulisan dokumen guna menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern dengan mengidentifikasikan tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis hurufnya.
b.Kritik Intern
Kritik Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.
3.INTERPRETASI (penafsiran)
Interfretasi adalah menafsirkan fakata sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interfretasi yang bersifat deskriptif sajabelum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunkan.
4.HISTORIOGRAFY (Penulisan Sejarah)
Historiogray adalah oses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM PENELITIAN SEJARAH LISAN.
Metode sejarah lisan adalah suatu metode pengumpulan data atau bahan guna penulisan sejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara terhadap para pelaku sejarah yang ingin diteliti. Di Indonesia metode wawancara dalam penulisan sejarah mulai dikembangkan dengan diawali adanya proyek sejarah lisan yang ditangani oleh Badan Arsip Nasional.
Berkembangnya metode wawancara dalam penulisan sejarah di Indonesia dilatarbelakangi oleh sulitnya menemukan jejak masa lampau berupa dokumen yang sezaman serta makin berkembangnya perhatian studi sejarah yangmengarah ke subyek masyarakat berupa orng kecil dalam peristiwa kecil yang biasanya tidak meninggalkan jejak berupa dokumen.
Wawancara adalah kegiatan melakukan tanya jawab dengan narasumber untuk mendapatkan keterangan tertentu. Wawacara merupakan teknik pengumpulan data yang amat penting dalam penelitian survey selain teknik utama berupa Observasi. Oleh karena itu, dalam penelitian survei, teknik wawancara merupakan pembantu utama dari metode Observasi.
Metode sejarah lisan adalah suatu metode pengumpulan data atau bahan guna penulisan sejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara terhadap para pelaku sejarah yang ingin diteliti. Di Indonesia metode wawancara dalam penulisan sejarah mulai dikembangkan dengan diawali adanya proyek sejarah lisan yang ditangani oleh Badan Arsip Nasional.
Berkembangnya metode wawancara dalam penulisan sejarah di Indonesia dilatarbelakangi oleh sulitnya menemukan jejak masa lampau berupa dokumen yang sezaman serta makin berkembangnya perhatian studi sejarah yangmengarah ke subyek masyarakat berupa orng kecil dalam peristiwa kecil yang biasanya tidak meninggalkan jejak berupa dokumen.
Wawancara adalah kegiatan melakukan tanya jawab dengan narasumber untuk mendapatkan keterangan tertentu. Wawacara merupakan teknik pengumpulan data yang amat penting dalam penelitian survey selain teknik utama berupa Observasi. Oleh karena itu, dalam penelitian survei, teknik wawancara merupakan pembantu utama dari metode Observasi.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara terbagi menjadi tiga macam:
1.Poll Type Interview
Wawancara dialkukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan jawabanyang etalah ditentukan, narasumber tinggal memilih jawaban yang ada.
2.Open Type Interview
Wawancara dilakuakn dengan cara pertanyaan ditentukan terlebih dahulu, sedangkan narasumber dapat menjawab bebas.
3.Nonstructured Interview
Wawancara dilakukan dengan cara pertanyaan ataupun jawaban tidak ditentukan sebelumnya.
Teknik wawancara merupakan teknik yang bersifat pelengkap artinya wawancara digunakan untuk melengkapi data atau informasi yang berasal dari sumber dokumen. amun apabila dumber dokumen tidak ada barulah informasi hasil wawancara dapat dianggap sebagai bahan pokok penelitian.
1.Poll Type Interview
Wawancara dialkukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan jawabanyang etalah ditentukan, narasumber tinggal memilih jawaban yang ada.
2.Open Type Interview
Wawancara dilakuakn dengan cara pertanyaan ditentukan terlebih dahulu, sedangkan narasumber dapat menjawab bebas.
3.Nonstructured Interview
Wawancara dilakukan dengan cara pertanyaan ataupun jawaban tidak ditentukan sebelumnya.
Teknik wawancara merupakan teknik yang bersifat pelengkap artinya wawancara digunakan untuk melengkapi data atau informasi yang berasal dari sumber dokumen. amun apabila dumber dokumen tidak ada barulah informasi hasil wawancara dapat dianggap sebagai bahan pokok penelitian.
Beberapa persiapan sebelum melakukan wawancara antara lain:
1.seleksi individu untuk diwawancarai
2.pendekatan terhadap orang yang akan diwawancarai
3.mengembangkan suasana lancar dalam wawancara
mempersiapkan pokok masalah yang akan dikemukakan (ditanyakan)
1.seleksi individu untuk diwawancarai
2.pendekatan terhadap orang yang akan diwawancarai
3.mengembangkan suasana lancar dalam wawancara
mempersiapkan pokok masalah yang akan dikemukakan (ditanyakan)
2.4 Inch Touch Screen Nexian Pad G311 with Bluetooth/ GPRS/ Dual SIM Cards Supported. Available Now Rp. 329.000,-
Promo Info
http://disdus.com/product/images/picpromobig/158f3069a435b314a80bdcb024f8e42248aedb8880cab8c45637abc7493ecddd.png 1 unit Nexian Pad G311 Rp. 329.000,-
* Screen Size = 2.4 inch
* 4 Color Options = Black/ White/ Silver/ Orange
Buat kalian gadget lovers yang selalu mengikuti perkembangan teknologi terbaru terutama handphone berarti promo Nexian Pad G311, ponsel layar sentuh (touch screen) 2.4 inch dan resolusi QVGA dari Nexian dengan ukuran mini ini pasti menarik minatmu! Apalagi handphone canggih ini bisa kalian dapatkan dengan harga Rp 329.000 saja.
Dilengkapi dengan dual slot SIM GSM, kamera, Bluetooth, radio FM, audio player, dan slot microSD ... dijamin promo kali ini bisa membuatmu aktivitas mobile-mu semakin lancar dan mudah!
Konfirmasi pembayaran paling lambat 24 Desember 2011 pukul 12.00 siang.
* Screen Size = 2.4 inch
* 4 Color Options = Black/ White/ Silver/ Orange
Buat kalian gadget lovers yang selalu mengikuti perkembangan teknologi terbaru terutama handphone berarti promo Nexian Pad G311, ponsel layar sentuh (touch screen) 2.4 inch dan resolusi QVGA dari Nexian dengan ukuran mini ini pasti menarik minatmu! Apalagi handphone canggih ini bisa kalian dapatkan dengan harga Rp 329.000 saja.
Dilengkapi dengan dual slot SIM GSM, kamera, Bluetooth, radio FM, audio player, dan slot microSD ... dijamin promo kali ini bisa membuatmu aktivitas mobile-mu semakin lancar dan mudah!
Konfirmasi pembayaran paling lambat 24 Desember 2011 pukul 12.00 siang.
2.4 Inch Touch Screen Nexian Pad G311 with Bluetooth/ GPRS/ Dual SIM Cards Supported. Available Now Rp. 329.000,-
Syarat dan Ketentuan
-Barang 100% Baru-Garansi Resmi Nexian Service 1 Tahun
-Alamat Klaim Garansi tertera di dalam box
Whats in the box :
- 1 unit Ponsel Nexian Pad G311
- 1 unit Handset NX G311 Pad
- 1 unit Charger
- 1 unit Battery
- 1 unit Handsfree
- 1 unit Cable Data
- 1 unit Warranty Card
*Untuk pilihan pengambilan barang di Groupon Disdus hanya berlaku di kantor Groupon Disdus Jakarta, Komplek Green Garden Blok C1 No 43, dimulai pada tanggal 07 Januari 2012 dan diharuskan membawa KTP dan bukti pembayaran.
ANALISIS DATA PENELITIAN METODE CAMPURAN
Umar Fauzan, Dosen, Samarinda
umarfauzan@yahoo.com
Prosedur analisis data Penelitian Metode Campuran berhubungan dengan analisis data konkuren (Desain Triangulasi dan Embedded) dan analisis data sekuensial (Desain Explanatory, Eksploratory, dan Embedded). Dalam pendekatan konkuren, analisis data kuantitaf dan kualitatif dilakukan secara terpisah, tetapi dalam pendekatan sekuensial analisis data pada tahap pertama digunakan sebagai pemandu dalam pengumpulan data pada tahap kedua.
Analisis Data Konkuren
Pedoman analisis data Penelitian Metode Campuran konkuren dijelaskan sebagai berikut:
- Prosedur nya menggunakan analisis data yang terpisah (Tahap 1) baik untuk data kualitatif maupun kuantitatif. Pengkodean, pengembangan tema, dan hubungan antar tema, digunakan analisis deskriptif dan inferensial bagi analisis kuantitatif.
- Pada tahap 2, dalam desain Triangulasi, peneliti menggabung dua set data, suatu gambaran yang utuh dikembangkan dengan data ini, dan dalam desain Embedded, set data yang mendukung dapat menguatkan atau mengurangi set data utama.
- Berdasarkan hasil penggabungan data, peneliti dapat menjawab rumusan masalah Penelitian Metode Campuran dalam desain Triangulasi dan Embedded melalui pengumpulan data konkuren.
- Dua teknik untuk menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif, yaitu: Ubah satu jenis data menjadi setdata kualitatif atau kuantitatif yang sebanding dan kemudian bandingkan set data, atau bandingkan data tanpa adanya perubahan melalui pembahasan (Diskusi) atau Matriks.
Validasi Data dalam Desain Penelitian Metode Campuran
Isu umum mengenai validitas dalam Penelitian Metode Campuran adalah:
- Validitas, dalam Penelitian Metode Campuran, didefinisikan sebagai kemampuan peneliti menyimpulkan secara bermakna dan akurat semua data dalam penelitian. Definisi ini mengungkapkan ide “kualitas inferen” sebagai keakuratan peneliti menyimpulkan penelitian secara induktif dan deduktif (Tashakkori & Teddlie, 2003a).
- Validitas perlu dibahas dari sudut Penelitian Metode Campuran.
- Validitas juga dikembangkan ketika peneliti membahas potensi ancaman validitas yang timbul selama pengumpulan data dan analisis data.
Sumber:
Creswell, John W. and Vicki L. Plano Clark (2008). Designing and conducting Mixed Methods Research. London : Sage Publications.
PENGUMPULAN DATA DESAIN PENELITIAN METODE CAMPURAN
Umar Fauzan, Dosen, Samarinda
umarfauzan@yahoo.com
Pemahaman mengenai pengumpulan data desain penelitian metode campuran meliputi pemahaman dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif, mengingat data penelitian campuran menyangkut dua bentuk data tersebut; kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan Data Konkuren
Bentuk pengambilan data secara konkuren (bersamaan) terjadi dalam penelitian yang memerlukan triangulasi. Proses umum pengumpulan data dengan menggunakan dua jenis data (kualitatif dan kuantitatif) yang dilakukan secara konkuren.
Pemilihan Partisipan. Praktik umum di antara para peneliti metode campuran adalah memilih partisipan yang sama untuk kedua jenis pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif, sehingga data dapat lebih mudah didapat atau dibandingkan. Memilih partisipan yang berbeda akan menimbulkan karakteristik pribadi yang mungkin tidak cocok untuk diperbandingkan.
Ukuran Sampel. Ukuran sampel kuantitatif tidak sama seperti sampel kualitatif yang ukurannya lebih kecil.
Menghadapi Kemungkinan Pengumpulan Data yang Bias. Ketika data dikumpulkan secara konkuren, ada kemungkinan mengandung data yang bias. Apabila hal ini terjadi, beberapa langkah harus diambil untuk menghadapinya. Salah satu solusinya adalah dengan mengumpulkan data kualitatif. Pendekatan lain yaitu dengan cara mendistribusikan pengumpulan data kualitatif semua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Peneliti bisa juga menunda pengumpulan data kualitatif sampai pengumpulan data sekuensial dilakukan.
Pengumpulan Data Sekuensial
Pedoman dalam pendekatan pengumpulan data sekuensial adalah:
- Pengumpulan data sekuensial (berurutan) melibatkan tahapan pengumpulan data yaitu: pengumpulan data pertama diikuti dengan pengumpulan data kedua. Prosedur ini berlaku dalam Desain Explanatory, Desain Exploratory, serta Desain Embedded.
- Dalam jenis pengumpulan data ini, pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif berhubungan satu sama lain dan tidak independen. Satu data membangun data yang lain.
- Baik pengumpulan data pertama atau kedua mungkin menjadi lebih bernilai, dan prioritas utama pengumpulan data dapat berupa kualitatif atau kuantitatif. Hal ini tergantung pada masalah penelitian dan pendekatan peneliti yang digunakan.
Pengambilan Sampel. Haruskah sampel tahap 1 sama dengan sampel tahap 3. Mengenai hal ini, tergantung kepada pemilihan desain penelitian. Desain Explanatory dan Embedded memerlukan sampel yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan data kualititatif untuk mendapatkan informasi secara mendalam sehingga harus memilih partisipan yang dapat memberikan informasi yang lengkap. Dalam desain penelitian Exploratory, sampel pada pengumpulan data tahap 1 sebaiknya berbeda dengan sampel pada pengumpulan data tahap 3. Karena hasil kuantitatif pada tahap 3 adalah untuk mengeneralisir hasilnya pada populasi, sampel berbeda dan lebih banyak diperlukan pada tahap 3.
Ukuran Sampel. Pengumpulan data kualitatif berasal dari sampel yang lebih kecil dibandingkan dengan pengumpulan data kuantitatif.
Membuat Instrumen Penelitian. Ada 3 aspek yang harus diingat. Pertama, analisis data penelitian kualitatif memerlukan kutipan informasi khusus dari partisipan, kode-kode yang harus digeneralisir, dan tema-tema yang mengandung banyak kode. Kutipan-kutipan dari partisipan dapat diubah kedalam poin-poin angket yang kemudian dapat dihitung dan tema-tema dapat menjadi kerangka dalam instrumen penelitian. Kedua, mengembangkan instrumen menggunakan prosedur seperti pendapat DeVellis: (1) membuat kerangka butir-butir instrumen, (2) menentukan skala penilaian setiap butir dan bangun konstruksi instrumen, (3) menkonsultasikan instrumen kepada ahlinya, (4) menilai validitas setiap butir instrumen, (5) menguji instrumen, (6) mengevaluasi butir-butir instrumen, dan (7) mengembangkan instrumen berdasarkan hasil evaluasi. Ketiga, pelajari beberapa penggunaan metode campuran pada desain Exploratory yang pernah dilakukan sebelumnya dan fokuskan kepada cara pengembangan instrumen dan pelajari prosedur yang digunakan dalam membuat instrumen survei untuk data kualitatif.
Sumber:
Creswell, John W. and Vicki L. Plano Clark (2008). Designing and conducting Mixed Methods Research. London : Sage Publications
Tuesday, December 20, 2011
kencan Anda rusak?
Dikutip dari eHarmony, berikut ini enam hal yang paling berpotensi membuat kencan Anda rusak. Ketahui dulu agar bisa menghindarinya.
1. Finansial
Tak dipungkiri, kondisi keuangan memang salah satu faktor yang cukup mempengaruhi pandangan terhadap seseorang. Tapi menceritakan baik atau buruknya keuangan Anda di kencan pertama, adalah hal yang harus dihindari. Di kencan pertama, yang ingin orang ketahui dari Anda hanya keprbadian, keyakinan, ambisi dan ketertarikan pada hobi. Bicarakanlah masalah finansial setelah Anda lama berpacaran atau sudah merencanakan pernikahan.
2. Hubungan Asmara di Masa Lalu
Di kencan pertama, sebaiknya Anda tidak banyak membeberkan tentang kisah hidup kepada teman kencan. Salah satunya adalah membicarakan kenapa Anda putus cinta dengan hubungan terdahulu; baik Anda yang memutuskan atau diputuskan. Cobalah jadi pendengar yang baik dan ketahui lebih banyak tentang pasangan kencan Anda, daripada menghabiskan waktu dengan cerita 'horor' yang membuat asmara Anda sebelumnya kandas. Dia bisa saja menganggap Anda bukan pasangan yang cukup baik untuknya.
3. Memberitahu Kebiasaan Buruk
Mungkin Anda ingin bersikap apa adanya dengan memberitahukan pasangan kencan tentang sifat dan kebiasaan buruk. Tapi melakukannya di kencan pertama? Sepertinya bukan ide yang baik, karena bisa saja justru membuatnya ill-feel dan enggan meneruskan ke kencan-kencan selanjutnya. Simpan saja dulu topik soal kebiasaan buruk Anda, tunggu hingga kalian resmi berpacaran.
4. Curhat Masalah dalam Hidup
Saat kencan pertama, mungkin Anda baru saja keluar dari pekerjaan, tidak lulus sidang tesis atau sedang menjalani program diet. Jika ingin kencan pertama sukses, sebaiknya hindari membicarakan kesulitan atau kendala yang sedang Anda alami. Jangan tunjukkan kekecewaan pada hidup dan diri Anda, itu hanya akan membuat Anda terlihat seperti orang yang pesimis.
5. Pernikahan
Jika di kencan pertama Anda sudah menanyakan pendapatnya soal pernikahan, jangan heran jika teman kencan tak menghubungi Anda lagi. Pria cenderung enggan membicarakan komitmen, terlebih lagi jika hubungan masih berusia seumur jagung. Biarlah momen kencan Anda mengalir dengan ringan dan santai, tanpa harus 'dihantui' dengan hal-hal yang bersinggungan dengan komitmen.
6. Keburukan Tempat Kerja
Tetap jaga hal-hal negatif seminimal mungkin di kencan pertama, Anda tentunya tidak mau terlihat sebagai orang yang pesimis di depan pasangan. Tidak perlu menceritakan betapa melelahkan, gaji kecil, bos galak atau buruknya manajemen di kantor Anda. Menurut survei yang dilakukan situs eHarmony, 98% responden menganggap selera humor yang baik dan berpikiran positif dalam hidup adalah hal yang harus ditunjukkan saat kencan pertama.
1. Finansial
Tak dipungkiri, kondisi keuangan memang salah satu faktor yang cukup mempengaruhi pandangan terhadap seseorang. Tapi menceritakan baik atau buruknya keuangan Anda di kencan pertama, adalah hal yang harus dihindari. Di kencan pertama, yang ingin orang ketahui dari Anda hanya keprbadian, keyakinan, ambisi dan ketertarikan pada hobi. Bicarakanlah masalah finansial setelah Anda lama berpacaran atau sudah merencanakan pernikahan.
2. Hubungan Asmara di Masa Lalu
Di kencan pertama, sebaiknya Anda tidak banyak membeberkan tentang kisah hidup kepada teman kencan. Salah satunya adalah membicarakan kenapa Anda putus cinta dengan hubungan terdahulu; baik Anda yang memutuskan atau diputuskan. Cobalah jadi pendengar yang baik dan ketahui lebih banyak tentang pasangan kencan Anda, daripada menghabiskan waktu dengan cerita 'horor' yang membuat asmara Anda sebelumnya kandas. Dia bisa saja menganggap Anda bukan pasangan yang cukup baik untuknya.
3. Memberitahu Kebiasaan Buruk
Mungkin Anda ingin bersikap apa adanya dengan memberitahukan pasangan kencan tentang sifat dan kebiasaan buruk. Tapi melakukannya di kencan pertama? Sepertinya bukan ide yang baik, karena bisa saja justru membuatnya ill-feel dan enggan meneruskan ke kencan-kencan selanjutnya. Simpan saja dulu topik soal kebiasaan buruk Anda, tunggu hingga kalian resmi berpacaran.
4. Curhat Masalah dalam Hidup
Saat kencan pertama, mungkin Anda baru saja keluar dari pekerjaan, tidak lulus sidang tesis atau sedang menjalani program diet. Jika ingin kencan pertama sukses, sebaiknya hindari membicarakan kesulitan atau kendala yang sedang Anda alami. Jangan tunjukkan kekecewaan pada hidup dan diri Anda, itu hanya akan membuat Anda terlihat seperti orang yang pesimis.
5. Pernikahan
Jika di kencan pertama Anda sudah menanyakan pendapatnya soal pernikahan, jangan heran jika teman kencan tak menghubungi Anda lagi. Pria cenderung enggan membicarakan komitmen, terlebih lagi jika hubungan masih berusia seumur jagung. Biarlah momen kencan Anda mengalir dengan ringan dan santai, tanpa harus 'dihantui' dengan hal-hal yang bersinggungan dengan komitmen.
6. Keburukan Tempat Kerja
Tetap jaga hal-hal negatif seminimal mungkin di kencan pertama, Anda tentunya tidak mau terlihat sebagai orang yang pesimis di depan pasangan. Tidak perlu menceritakan betapa melelahkan, gaji kecil, bos galak atau buruknya manajemen di kantor Anda. Menurut survei yang dilakukan situs eHarmony, 98% responden menganggap selera humor yang baik dan berpikiran positif dalam hidup adalah hal yang harus ditunjukkan saat kencan pertama.
Friday, December 16, 2011
hukum bacaan
Wakaf:
Dari sudut bahasa berarti berhenti/menahan.
Menurut istilah tajwid, memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan kembali bacaan
jenis wakaf :
Qalqalah:
Qalqalah menurut bahasa, berarti getaran.
Menurut istilah tajwid, getaran suara terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli ataupun tidak.
Huruf qalqalah ada 5, yaitu yang tergabung dalam yaitu: huruf , , , dan
Syarat qalqalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf qalqalah.
Iqlab, yaitu:
Menurut bahasa, berarti merubah sesuatu dari bentuknya.
Menurut istilah tajwid, meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan pengucapan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung.
Huruf iqlab hanya 1, yaitu huruf ba.
Idgham, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Idgham terbagi 2, yaitu: Idgham Bighunnah (disertai dengung) dan Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari 2 kata.
Idgham Bighunnah, yaitu:
Idgham bighunnah mempunyai 4 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat: yaitu: , , dan
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada 2 tempat, yaitu: dan yang harus dibaca Izhar Muthlaq, berbeda dengan kaidah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh
Idgham Bila Ghunnah, yaitu:
Idgham bila ghunnah mempunyai 2 huruf, yaitu: dan
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunah kecuali nun yang terdapat dalam ayat , karena disini harus di baca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham.
Izhar, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Izhar Muthlaq, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan muthlaq karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir.
Izhar muthlaq terjadi apabila nun sukun bertemu dengan atau dalam satu kata. Izhar semacam ini dalam Al-Quran hanya terdapat pada 4 tempat, yaitu:
dan ,
Aturan bacaan kedua-duanya adalah izhar muthlaq, walaupun berada dalam 2 kata. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Iman Hafsh.
Izhar Halqi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan). Hurufnya ada 6, yaitu: dan , , , , .
Ikhfa, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf antara izhar dan idgham, tanpa tasydid dan disertai dengan dengung.
Disebut juga ikhfa haqiqi (nyata) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya, yaitu semua huruf kecuali yang ada di atas, berjumlah 15 huruf.
Izhar Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamalan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penghubungannya kepada izhar karena ketetapan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar.
Izhar syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiyah selain huruf mim dan ba.
Catatan: Jika terdapat huruf wau atau fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara huruf mim dan fa sangat berdekatan.
Ikhfa Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, disertai dengan dengung.
Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir.
Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba.
Ikhfa Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, disertai dengan dengung.
Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir.
Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba.
Lam Ta'rif.
Yang dimaksudkan dengan Alif Lam Ta'rif adalah Alif Lam yang masuk pada kata benda, merupakan tambahan dari bentuk dasarnya, baik baik kata benda tersebut berdiri sendiri tanpa alif dan lam, seperti kata ataupun tidak bisa berdiri sendiri seperti kata [].
Penambahan alif dan lam pada adalah wajib karena kedua huruf ini tidak bisa dipisahkan dari kata benda tersebut.
Bentuk seperti ini hukum bacaannya wajib idgham, jika terdapat setelahnya lam, seperti dan wajib izhar jika terdapat setelahnya ya, seperti atau hamzah seperti .
Lam Qamariyah.
Lam Qamariyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:
.
Hukum lam qamariyah adalah izhar, sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf qamariyah tersebut, berjauhan.
Lam Syamsiyah.
Lam Syamsiyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang terdapat pada awal kata dari kalimat: .
Hukum lam Syamsiyah adalah idgham, sebab makhraj kedua lam-nya sama, sedangkan jarak antara makhraj lam syamsiyah dengan makhraj huruf-huruf syamsiyah lainnya, berdekatan
Mad
Mad, menurut bahasa, berarti tambahan.
Menurut istilah tajwid, memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun.
Huruf mad ada 3, yaitu: alif, wau dan ya.
Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris dhammah, sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah.
Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut huruf layin.
Dari sudut bahasa berarti berhenti/menahan.
Menurut istilah tajwid, memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan kembali bacaan
jenis wakaf :
- lazim
- jaiz
- muraqabah
- mamnuu'
- sakta lathifah
Qalqalah:
Qalqalah menurut bahasa, berarti getaran.
Menurut istilah tajwid, getaran suara terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli ataupun tidak.
Huruf qalqalah ada 5, yaitu yang tergabung dalam yaitu: huruf , , , dan
Syarat qalqalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf qalqalah.
Iqlab, yaitu:
Menurut bahasa, berarti merubah sesuatu dari bentuknya.
Menurut istilah tajwid, meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan pengucapan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung.
Huruf iqlab hanya 1, yaitu huruf ba.
Idgham, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Idgham terbagi 2, yaitu: Idgham Bighunnah (disertai dengung) dan Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari 2 kata.
Idgham Bighunnah, yaitu:
Idgham bighunnah mempunyai 4 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat: yaitu: , , dan
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada 2 tempat, yaitu: dan yang harus dibaca Izhar Muthlaq, berbeda dengan kaidah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh
Idgham Bila Ghunnah, yaitu:
Idgham bila ghunnah mempunyai 2 huruf, yaitu: dan
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunah kecuali nun yang terdapat dalam ayat , karena disini harus di baca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham.
Izhar, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Izhar Muthlaq, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan muthlaq karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir.
Izhar muthlaq terjadi apabila nun sukun bertemu dengan atau dalam satu kata. Izhar semacam ini dalam Al-Quran hanya terdapat pada 4 tempat, yaitu:
dan ,
Aturan bacaan kedua-duanya adalah izhar muthlaq, walaupun berada dalam 2 kata. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Iman Hafsh.
Izhar Halqi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan). Hurufnya ada 6, yaitu: dan , , , , .
Ikhfa, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf antara izhar dan idgham, tanpa tasydid dan disertai dengan dengung.
Disebut juga ikhfa haqiqi (nyata) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya, yaitu semua huruf kecuali yang ada di atas, berjumlah 15 huruf.
Izhar Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamalan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penghubungannya kepada izhar karena ketetapan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar.
Izhar syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiyah selain huruf mim dan ba.
Catatan: Jika terdapat huruf wau atau fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara huruf mim dan fa sangat berdekatan.
Ikhfa Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, disertai dengan dengung.
Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir.
Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba.
Ikhfa Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, disertai dengan dengung.
Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir.
Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba.
Lam Ta'rif.
Yang dimaksudkan dengan Alif Lam Ta'rif adalah Alif Lam yang masuk pada kata benda, merupakan tambahan dari bentuk dasarnya, baik baik kata benda tersebut berdiri sendiri tanpa alif dan lam, seperti kata ataupun tidak bisa berdiri sendiri seperti kata [].
Penambahan alif dan lam pada adalah wajib karena kedua huruf ini tidak bisa dipisahkan dari kata benda tersebut.
Bentuk seperti ini hukum bacaannya wajib idgham, jika terdapat setelahnya lam, seperti dan wajib izhar jika terdapat setelahnya ya, seperti atau hamzah seperti .
Lam Qamariyah.
Lam Qamariyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:
.
Hukum lam qamariyah adalah izhar, sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf qamariyah tersebut, berjauhan.
Lam Syamsiyah.
Lam Syamsiyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang terdapat pada awal kata dari kalimat: .
Hukum lam Syamsiyah adalah idgham, sebab makhraj kedua lam-nya sama, sedangkan jarak antara makhraj lam syamsiyah dengan makhraj huruf-huruf syamsiyah lainnya, berdekatan
Mad
Mad, menurut bahasa, berarti tambahan.
Menurut istilah tajwid, memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun.
Huruf mad ada 3, yaitu: alif, wau dan ya.
Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris dhammah, sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah.
Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut huruf layin.
Subscribe to:
Posts (Atom)